Kamis, 05 April 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
"والذين يطيعون الله ورسوله، فإنها ستكون جنبا إلى جنب مع الأشخاص الذين منحت الله صالح أن الأنبياء كانوا الناس الذين استشهدوا والشعب ورعة. وتلك التي هي أفضل أصدقاء "
 “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat Allah yaitu Nabi-nabi para shaddiqin orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”
Pendahuluan Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin penting utk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adl ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya . Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313  agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu’min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad penutup para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini krn aqidah adl landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak bagian yang harus direhabilitisi adl kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.

B.    Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam karya tulis ini adalah:
Menjelaskan Pengertian Akidah Islamiah, Menjelaskan Pengertian Iman, Islam dan Ihsan, Menjelaskan Pegertian Iman Kepada Allah dan Pengertian dan contoh perbuatan Munafik, Fasik, Syirik dan Kafir beserta dalil naqlinya
C.    Tujuan Yang Ingin Dicapai
Adapun Tujuan penulis dalam penulisan karya tulis ini adalah
Sebagai salah satu tugas UTS Individu Mata Pelajaran Aqidah Akhlak semester I Prodi PGMI/PGSD dan Memahami Pengertian Akidah Islamiah ; Iman, Islam dan Ihsan ; Iman Kepada Allah dan contoh perbuatan Munafik, Fasik, Syirik dan Kafir beserta dalil naqlinya
D.    Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam Karya tulis ini.
E.    Sistimatika Penulisan
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut :
Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memeparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.
Bagian Kedua yaitu pembahasan. Pada bagian ini merupakan bagaian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan.
Bagian ketiga yaitu Kesimpulan. Pada Kesempatan ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akidah Islamiah
1.    Aqidah Islamiah
Aqidah Islamiah adalah pandangan, pemahaman, atau ide yang diyakini kebenarannya oleh hati sesuai dengan ajaran islam yang berpedoman pada Al-Quran dan hadist.

2.    Alasan Aqidah Islamiah Tidak Boleh dirusak
Karena Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Diantaranya;
a.    Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab, aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan shahih.
b.    Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:
لن تموت نفس حتى تستوفى أجلها ورزقها وما قدرلها
Artinya    :    Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang menjadi takdirnya..
c.    Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim. Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan menghisab semua pernuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang.

3.    Ayat Al-Qur’an mengenai Aqidah Islamiah
                   
Artinya    :    Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

4.    Macam-macam keimanan yang terdapat dalam al-qur’an
a.    Kepercayaan akan adanya Allah dan semua sifat-sifatnya, baik yang wajib, mustahil, maupun yang jaiz (Mumkin) baginya
b.    Kepercayaan terhadap alam gaib. Kepercayaan ini meliputi kepercayaan akan adaya alam yang ada di balik alam nyata ini tidak bisa diamati oleh alat indra. Termasuk dalam kepercayaan ini meliputi kepercayaan akan adanya syetan, jin, ruh dan iblis
c.    Kepercayaan terhadap para nabi dan rasul serta segala sifat-Nya baik yang wajib, mustahil, maupun yang jaiz bagiya
d.    Kepercayaan terhadap kitab-kitab yang diturukan Allah kepada rasul-rasul-Nya sebagai pedoman da petunjuk bagi manusia sesuai dengan zamannya
e.    Kepercayaan terhadap hari akhir dan segala peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti alam barzah (alam kubur), Ba’ats (bangkit dari kubur), Hisab (perhitungan Amal), Mizan (timbangan amal), shirath, pahala, siksa, surge, neraka, dll
f.    Kepercayaan atas Qada dan Qadar, yaitu kita mempercayai bahwa semua yang ada di muka bumi ini tidak terlepas dari qada dan qadar Allah.


5.    Ayat Al-Qur’an dan Hadits Tentang Perintah Taqwa Kepada Allah dan Rasulnya
a.    Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 285
       

Artinya    :    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya). (Q.S. An-Nisa, 4 : 59)

b.    Hadits
عن أبي هريرة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من أطاعني فقد أطاع الله ومن عصاني فقد عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعني ومن يعص الأمير فقد عصاني” . ‌رواه البخاري ومسلم
Artinya    :    Barangsiapa taat kepadaku,maka sesungguhnya dia taat kepada Allah.Siapa yang durhaka kepadaku,maka sesungguhnya dia durhaka kepada Allah.Siapa yang taat kepada pimpinan,maka sesungguhnya dia taat kepadaku dan siapa yang durhaka kepada pimpinan,maka sesungguhnya dia durhaka kepadaku. (HR. Bukhari dan Muslim)

6.    Karakteristik Aqidah Islamiah
a.    Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, al-quran, dan kepada kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita mengimani segala hal yang diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal dan panca indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh panca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya.

b.    Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan hal yang fitri pada diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan, kekurangan, dan serva membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir untuk memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan membimbing mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa. Dimana, semua makhluk yang ada, keberadaanNya sendiri tidak berhantung pada siapapun.
c.    Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah

7.    Manfaat Mempelajari Aqidah Islamiah
a.    Dapat menentukan Orientasi kehidupan
Aqidah menentukan orientasi kehidupan yang benar kepada umat Islam yaitu dalam bertingkah laku dan medorong mereka untuk melakukan amal kebajikan. Orientasi ini dalam bentuknya terlihat dalam niat yang ikhlas yang terkandung dalam setiap kali perbuatan. Rasulullah SAW bersabda :
اِنَمَاالْاَعْمَالُ بِانِّيَاتِ وَاِنَّمَالِكُلِّامْرِئٍ مَانَوَى
Artinya    :    Bahwasannya setiap amal harus didasarkan pada niat (karena Allah). (HR. Bukhari Muslim)

b.    Mempertebal keyakinan
Dengan mempelajari akidah islamiah seseorang akan semakin kuat dan mantap keyakinannya dan semakin tebal kepercayaannya atas kebenaran ajaran Islam, sehingga ia tidak meragukan sedikitpun atas ajaran Islam itu. Allah Berfirman :
                                         
Artinya    :    Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang berimankepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

c.    Membangkitkan rasa ketuhanan
Berdasarkan Al-Quran bahwa sejak dialam arwah manusia telah memiliki akidah yaitu megakui Allah sebagai Tuhannya. Potensi akidah yang dimilikinya ini akan tumbuh dan berkembang jika ia mempelajari akidah. Adanya potensi berakidah itu dinyatakan dalam ayat berikut :
                   
Artinya    :    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi".
Ayat Tersebut Juga sejalan dengan Hadits berikut :
كُلُّ مَوْلُوْدٍيُلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَاَبْوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْيُنَصِّرَانِهِ اَوْيُمَجِّسَانِهِ
Artinya    :    Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (memiliki)Fitrah (bertuhan), lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu yahudi, nasrani, atau majusi. (HR.Ahmad)

d.    Dapat memerdekakan Manusia
Degan mempelajari akidah islamiah seseorang akan tahu bahwa ddirinya dan orang lain dihadapan Tuhan adalah sama. Hal itu sesuai petunjuk Rasul yang berbunyi :
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُعَلَى الْمَرْءِالْمُسْلِمِ فِيْمَااَحَبَّ وَكَرِهَ مَالَمْ يُؤْمَرْبِمَعْصِيَةٍفَاِنْ اُمِرَبِمَعْصِيَةٍفَلَاسَمْعَ وَلَاطَاعَةَ
Artinya    :    Patuh dan tunduk pada sesseorang itu, baik yang ia  sukai atau yang kurang ia sayangi, selama orang itu tidak memerintahkan perbuatan dosa. Jika orang itu menyuruh berbuat dosa, maka ia tidak perlu patuh dan taat.  (HR.Muslim)


e.    Memberikan kepastian
Akidah islamiah perlu dipelajari karena dapat memperikan pedoman hidup yang pasti dan pegangan yang kuat, agar dapat membedakan mana yang baik yang harus dikerjakan, dan mana yang buruk yang harus dijauhi, dengan berpedoman kepada Al-Quran. Allah berfirman :
 ••     
Artinya    :    Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah : 185)

f.    Berani berjuang
Akidah islamiah akan mendorong seseorang berani berjuang menegakkan kebenaran.
g.    Bertawakal dan berjuang
Orang yang mempelajari aqidah Islamiah percaya bahwa segala sesuatu akan terjadi atau gagal atas kehendak Allah. Dia menyadari bahwa tugas manusia yang utama adalah bekerja keras berdasarkan prosedur dan kelengkapannya yang benar, sedangkan hasilnya diserahkan pada tuhan, dengan tawakal.
h.    Terjaga dari kesesatan
Dengan Aqidah Islamiah seseorang dapat menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang menyesatkan. Karena dengan akidah islamiah kita akan mencintai Allah saja. Allah berfirman :
     •          
Artinya    :    Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

i.    Menjauhi kemusyrikan
Dengan mempelajari akidah islamiah seseorang akan terhindar dari berbagai macam keyakinan yang tidak jelas dasarnya, dan perbuatan lainnya yang membawa kemusyrikan, sebagaimana hal itu masih terdapat di masyarakat.

B.    Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
1.    Pengertian Iman
Dari segi bahasa iman berasal dari bahasa Arab, a’mana, yu’minu, imam, yang artinya percaya. Kata iman selanjutnya menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan bahea iman adalah keimanan yang berkenan dengan agama yakin percaya kepada Allah dan ketetapan hati, keteguhan batin, kesseimbangan batin. Adapun dalam segi istilah telah banyak bagbahwa iman adalahkepercayaan yang meresap  ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur dengan syak dan ragu, serta membeeri pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehai. jadi iman bukanlah ucapan lidah, perbuatan dan bukan merupakan pengetahuan tentang rukun iman dan hal-hal lain yang perlu di imani seperti kehidupan di akhirat, alam gaib dan sebagainya.
Pengertian tersebut sejalan pula dengan hadis nabi yang berbunyi :
اَلْاِيْمَانُ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْاَرْكَانِ
Artinya    :    Iman itu adalah membenarkan dengan hati, megucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. (HR. Al-Thabrani)


2.    Pengertian Islam
Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab, aslama, yuslimu, islaman, yang artinya memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti menyerahkan diri, tunduk, taat dan patuh. Kata Aslama juga berakar pada kata salima, yang berarti selamat sentosa.
Pengertian Islam dalam arti berserah diri dalam Al-Quran sebagai berikut :
    
Artinya    :    Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).

3.    Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa arab, yaitu dari ahsana, yuhsinu, ihsanan, yang artinya berbuat baik atau berbuat kebaikan. Misalnya dalam Al-quran disebutkan :
           
Artinya    :    Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik,

4.    Hubugan antara Iman, Islam dan Ihsan
Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut yaitu Iman berkaitan dengan aqidah, Islam berkaitan dengan syariah, dan Ihsan berkaitan dengan khuluqiya. Dari ketiga hal diatas maka dalam perkembangan ilmu keislaman, ilmu terkelompokan menjadi Aqidah, fiqih, dan Akhlaq.      
Diantara pengelompokan kata dalam agama islam ialah iman, islam dan ihsan. Berdasarkan sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah itu memberikan umat ide tentang rukun iman, rukun islam dan penghayatan terhadap tuhan yang maha Hadir dalam hidup.
Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dari pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah terkait satu dengan yang lain. Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari ketiga istilah tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dari pengertian inilah kita mengerti bahwa islam, iman dan ihsan adalah trilogy ajaran Ilahi

5.    Usur-usur Iman
a.    Unsur keyakinan dalam hati
Keyakinan dalam hati merupakan bagian dari iman yang utama. Orang yang mengucapkan iman dengan lidahnya dan mengamalkan dengan segenap perbuatan anggota badan, tetapi tidak disertai dengan pengakuan dalam hati tidaklah disebut iman. Allah berfirman :
 ••   •                  
Artinya    :    Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

b.    Unsur Ucapan (Qawl)
Unsur ucapan (Qawl) yaitu membenarkan ucapannya terhadap apa-apa yang diyakininya. Namun tidak hanya ucapannya saja, melainkan juga harus disertai hati dan perbuatan. Allah Berfirman :
•             ••      
Artinya    :    Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya(dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Q.S. Al-Nisa, 4 : 142)

c.    Unsur Perbuatan
Perbuatan atau amal yang sesuai dengan yang diimani, yaitu amal yang diridhai Allah dan Rasul-Nya, atau amal shalihat.
  •     ••                                       ••   
Artinya    :    Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S. Al-Baqarah, 2 : 143)

6.    Perbedaan antara percaya, yakin, dan iman serta aliran kepercayaan dan agama
a.    Perbedaan antara percaya, yakin, dan iman
Kata ‘yakin‘ dalam KBBI berarti percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh dan (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi). Maka ketika kita menyatakan “Yakin terhadap  ” maka secara harfiahnya menurut tata bahasa Indonesia kita percaya secara sungguh-sungguh dan merasa pasti akan adanya  . Sedangkan kata ‘iman‘ dalam KBBI berarti kepercayaan (yang berkenaan dng agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dsb, atau ketetapan hati, keteguhan batin, keseimbangan batin. Sedangkan guru pendidikan agama Islam kita dahulu mungkin memberikan defenisi yang berbeda-beda mengenai iman seperti “percaya dan yakin” atau “percaya, meyakini dan mengamalkan”.
Islam sebagai suatu kesempurnaan tidak mengenal istilah percaya dan yakin atau percaya kemudian yakin. Dalam Islam hanya ada satu istilah yang mencakup tiga aspek manusiawi (fisik, hati, ruh) yaitu iman. Seseorang yang beriman adalah yang fisiknya mengucapkan keimanannya dengan lisan, menisbatkan dalam hatinya, dan mewujudkan keimanan tersebut dalam akhlaknya. Seseorang yang beriman tidak hanya berucap namun meninggalkan satu atau dua aspek keimanan yang lain. Misalnya, tokoh bang Madit Musyawaroh dalam sinetron Islam KTP di salah satu televisi swasta nasional, mengaku beriman serta sering berucap lisannya akan keimanannya pada  namun akhlaknya jauh daripada ajaran Islam. Sering berbuat riya, syirik kecil sampai besar, tidak menjaga hak saudaranya, zhalim terhadap istri dan pembantunya, dan lain-lain kelakuan tokoh tersebut yang bisa kita ambil pelajaran.
Islam sebagai suatu kesempurnaan meletakkan iman sebagai pondasinya dengan perihal sederhana untuk membangunnya. Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah (SAW) sering ditanya mengenai iman baik oleh teman maupun lawan. Dan menurut shirah Rasulullah (SAW) memberikan jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan si penanya.
مرة واحدة عندما وطعن مرة واحدة عن النبي (ص) من قبل قريش الوثنية المعنوية سيئة السمعة. "يا محمد، قل لي ما هو الإيمان؟" بحزم وهكذا كان النبي (ص) أجاب: "الإيمان لا إله إلا الله". وفي مناسبة أخرى واحدا من بني هاشم أحد أقارب الذين لم اعتنق الإسلام النبي قال ايضا "يا عمي ابنه أحمد، وشرح لي ما هو الإيمان "، فان النبي (ص) أجاب بهدوء:" الإيمان هو عندما تقول ". في هذه الأثناء، والنبي عندما أحد الأصدقاء وطلب تفسيرا للدين الكمال، (ص) أجاب:" إذا أنت تؤمن بالله والملائكة والرسل، الكتاب المقدس، وفي اليوم الأخير، "(رواه البخاري - مسلم).
Artinya    :    Suatu ketika Rasulullah (SAW) pernah ditantang oleh seorang kafir Quraisy yang terkenal buruk akhlaknya. “Wahai Muhammad, katakan padaku apa itu iman?!” Maka dengan tegas pun Rasulullah (SAW) menjawab, “Iman adalah LAA ILAAHA ILLALLAAH (tiada ilah selain  ).”Pada kesempatan lain seorang bani Hasyim salah seorang kerabat jauh Rasulullah yang belum memeluk Islam pula bertanya, “Wahai Ahmad anak pamanku, terangkan padaku apa itu iman,” Maka Rasulullah (SAW) menjawab dengan tenang, “Iman adalah apabila engkau berkata Asyhadu alla ilaa ha illALLAH..”Sementara itu ketika seorang sahabat meminta penjelasan mengenai iman yang sempurna, maka Rasulullah (SAW) menjawab, “Apabila engkau beriman kepada  , malaikatnya, rasulnya, kitabnya, dan yaumul akhir,” (HR. Bukhari – Muslim).

b.    Perbedaan antara kepercayaan dan agama
1)    Agama adalah suatu ajaran yang menuntun umat manusia kedalam jalan kebenaran. Untuk dapat disebut sebagai agama harus memiliki kriteria sbb:
a)    Menuntun umatnya agar memiliki kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa
b)    Memiliki guru besar atau disebut juga Nabi.
c)    Memiliki suatu ajaran bagaimana untuk menuju jalan kebenaran.
d)    Memiliki umat yang mengakui kebenaran ajarannya.
e)    Tidak akan pudar karena waktu atau dapat dibuktikan kebenarannya karena waktu.
2)    Kepercayaan adalah suatu perasaan atau keyakinan bahwa apa yang diyakini tersebut adalah benar. Kepercayaan memiliki kriteria sbb:
a)    Memiliki Obyek.
b)    Bersifat Subyektif atau Penilaian diri sendiri.
c)    Bersifat tidak tetap.

C.    Pegertian Iman Kepada Allah
1.    Pegertian Iman Kepada Allah
Iman Kepada Allah adalah kita mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah itu ada, yang mempunyai sifat kesempurnaan dan jauh dari sifat kekurangan. Allah mempunyai sifat yang wajib bagi dzat-Nya, yang mustahil bagi dzat-Nya, dan sifat jaiz bagi dzat-Nya. Kepercayaan tersebut tidak hanya terhujam dalam hati saja, melainkan harus juga diucapkan dengan lisan dan dinyatakan dalam perbuatan. Rasulullah SAW bersabda.
اَلْاِيْمَانُ بِااللّٰهِ اِقْرَارٌبِاللِسَانِ وَتَصْدِيْقٌ بِالقَلْبِ وَعَمَلٌ بِالاَرْكاَنِ
Artinya
    :    “Iman kepada Allah ialah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.” (HR. Asy-Syirazi dari Aisyah)

Berdasarkan hadits tersebut diatas, kita dapat memahami bahwa iman itu terdiri dari tiga unsur yang harus dipenuhi, yakni sebagai berikut :
a.    Adanya pengakuan yang diucapkan dengan lisan
b.    Adanya keyakinan (pembenaran) yang dilakukan oleh hati
c.    Adanya amalan yang dilakukan oleh anggota badan
2.    Kedudukan dan Fungsi beriman kepada allah
a.    Kedudukan iman Kepada Allah  dan hari akhir
1)    Kedudukan iman Kepada Allah
Iman dalam Dienul Islam menempati posisi amat penting dan strategis sekali. Karena iman adl asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah An-Nisa’ 124
            •    
Artinya
    :    “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”

Juga dalam Qur’an Surah Al-Isra’ 19 
            •    
Artinya
    :    “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adl mu’min maka mereka itu adl orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”

2)    Kedudukan Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir/hari kemudian, yang berarti mengimani semua peristiwa yang diberitakan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terjadi setelah kematian, adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan kebenaran agama-Nya.
Bahkan karena tingginya kedudukan iman kepada hari akhir, Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an sering menggandengkan antara iman kepada-Nya dan iman kepada hari akhir. Hal ini dikarenakan orang yang tidak beriman kepada hari akhir maka tidak mungkin dia beriman kepada Allah Ta’ala, sebab orang yang tidak beriman kepada hari akhir dia tidak akan mengerjakan amal shaleh, karena seseorang tidak akan mengerjakan amal shaleh kecuali dengan mengharapkan balasan kemuliaan dan karena takut siksaan-Nya pada hari pembalasan kelak.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menggambarkan sifat orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir dalam firman-Nya,

{وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ}
Artinya
    :    Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (waktu)” (al-Jaatsiyah:24)[1].

b.    Fugsi Iman Kepada Allah dan Hari Akhir
1)    Fungsi iman kepada Allah
a)    Mengakui dan menyakini akan kebesaran Allah SWT
b)    Menyadari akan sifat kedoiyan kita jika dibandingkan dengan keagungan Allah SWT.
c)    Dengan menyakini kebesaran Allah, sehingga kita beribadah hanya kepada Allah SWT.
d)    Dengan beriman kepada Allah SWT, kita beramal hanya semata-mata mencari keridoan-Nya
e)    Dengan beriman kepada Allah SWT, kita menyakini bahwa Allah SWT selalu berada dekat dengan kita, menjadi hambatan hati serta menjiwai seluruh kegiatan kita.

2)    Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
a)    Menambah iman serta ketaqwaan kepada Allah SWT
b)    Lebih taat kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat
c)    Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu meminta ampunan kepada Allah SWT
d)    Memberi motivasi untuk beramal dan beribadah karena segala perbuatan baik akan mendapat balasan di akhirat
e)    Selalu menghiasi diri dengan berzikir kepada Allah SWT sehingga jiwa menjadi tenang
3.    Cara-cara beriman kepada Allah
a)    Beriman dengan adanya Allah :
1)    Allah telah memberikan fithrah (insting) kepada setiap makhluk untuk beriman kepada Penciptanya. Seperti firman Allah :
         ••             ••   
Artinya    :    “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rumm :30)”

2)    Akal sehat menunjukkan bahwa alam semesta ini mempunyai sang pencipta. Sesungguhnya makhluk-makhluk ini, generasi terdahulu dan yang menyusulnya, harus ada sang pencipta yang mengadakannya. Dia tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, dan tidak ada secara kebetulan. Maka, pastilah bahwa dia mempunyai pencipta. Dia-lah Allah Rabb semesta alam. Seperti firman Allah :
                  
Artinya    :    “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri) Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Ath-Thur :35-36)”

3)    Perasaan menunjukkan adanya Allah. Sesungguhnya kita melihat silih bergantinya malam dan siang, rizqi manusia dan hewan, mengatur urusan semua makhluk, memberikan indikasi yang pasti terhadap ada-Nya: Allah mempergantikan malam dan siang.Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS. An-Nur :44)

4)    Allah memperkuat para rasul dan nabi-Nya dengan tanda-tanda dan mukjizat yang dilihat atau didengar manusia. Mukjizat merupakan perkara-perkara yang berada di luar batas kemampuan manusia. Allah  memperkuat dan menolong para rasul-Nya dengan mukjizat tersebut. Ini merupakan tanda yang pasti terhadap adanya yang mengutus mereka, Dia-lah Allah. Seperti, Allah membuat api menjadi dingin dan keselamatan  terhadap Ibrahim, membelah laut bagi Musa, menghidupkan orang mati bagi Isa, dan membelah bulan bagi Muhammad.

5)    Sudah sekian banyak Allah mengabulkan orang-orang yang berdoa, memberi kepada orang-orang yang meminta, menolong orang-orang yang kesusahan, yang menunjukkan ada, mengetahui, dan berkuasa-Nya.
1)    Firman Allah;
           

Artinya    :    (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut". (QS. Al-Anfaal :9)
2)    Firman Allah:
                       •      
Artinya    :    dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya:"(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Maka Sayapun memperkenankan seruannya itu, lalu Saya lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Saya kembalikan keluarganya kepadanya, dan Saya lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Saya dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al-Anbiya`:83-84)


b)    Beriman dan Percaya bahwa Allah adalah Rabb satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya:
Rabb adalah yang memiliki ciptaan, kerajaan, dan perkara. Maka, tiada yang menciptakan kecuali Allah, tiada yang menjadi raja selain Allah, dan semua perkara adalah milik-Nya. Makhluk adalah makhluk-Nya, kerajaan adalah kerajaan-Nya, dan perkara adalah perkara-Nya. Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Mengasihi apabila diminta kasih sayang-Nya, mengampuni apabila diminta ampunan-Nya, memberi apabila diminta, dan mengabulkan bila dimohon. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur.
1)    Firman Allah:
                
Artinya    :    Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam (QS. Al-A’Raaf : 54)
2)    Firman Allah:
            
Artinya    :    Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah:120)


c)    Beriman kepada uluhiyah Allah:
Kita mengetahui dan meyakini bahwa hanya Allah saja ilah yang sebenarnya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya Diayang berhak disembah. Dia-lah Rabb semesta alam, ilah alam jagad raya. Kita menyembah-Nya dengan cara yang Dia syari'atkan, disertai kesempurnaan hina kepada-Nya, kesempurnaan cinta dan kesempurnaan pengagungan.
Kita mengetahui dan meyakini bahwa sebagaimana Allah Maha Esa dalam rububiyah-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka, demikian pula Dia Maha Esa pada uluhiyah-Nya, tiada ada sekutu bagi-Nya. Maka, kita hanya menyembah-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya dan kita menjauhi penyembahan kepada selain-Nya. Firman Allah: Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah:163)
Setiap yang disembah selain Allah, maka uluhiyahnya adalah batil dan penyembahan kepadanya adalah batil. (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Hajj :62)

d)    Beriman kepada Asma` dan Sifat Allah:
Pengertiannya: memahaminya, menghapalnya, mengakuinya, menyembah kepada Allah dengannya, dan mengamalkan tuntutannya. Mengenal sifat-sifat keagungan, kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Allah mengisi hati semua hamba dengan rasa takut dan pengagungan terhadap-Nya.
Mengenal sifat kemuliaan, kemampuan, kekuasaan mengisi hati dengan sifat hina, tunduk, dan merendahkan diri di hadapan Rabb-nya. Mengenal sifat-sifat kasih sayang, kebaikan, kemurahan, dan pemberi mengisi hati dangan rasa ingin dan berharap pada karunia, kebaikan, dan kemurahan Allah.
Mengenal sifat ilmu dan meliputi mengharuskan bagi hamba sifat muraqabah kepada Rabb-nya dalam segala gerakan diamnya.Gabungan semua sifat ini mengharuskan bagi sifat mahabbah (cinta), rindu, tenang, tawakkal, dan mendekatkan diri kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah Maha Esa, Dia mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi dan kita berdoa kepada-Nya dengannya:
1)    Firman Allah:
                
Artinya    :    Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A'raaf :180)

2)    Dari Abu Hurairah t, bahwasanya Allah bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang dapat menghitungnya niscaya ia masuk surga." Muttafqun 'alaih.

Cara Taat Kepada Allah
1)    Apabila telah masuk waktu shalat, segeralah kerjakan shalat, dengan tertib dengan tidak terburu-buru
2)    Membiasakan  membaca Al-Qur’an
3)    Jika datang  bulan Ramadhan, berpuasa
4)    Jujur, sopan santun kepada semua orang
5)    Menurut nasehat  ibu, ayah dan guru
6)    Jangan sekali-kali mengambil barang orang lain
7)    Jangan menjadi anak yang sombong
8)    Bersyukur jika mendapat kesenangan
9)    Bersabar dalam menghadapi cobaan

4.    Al-Baqarah ayat 177
                  •                 •           •         

Artinya
    :    Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa

5.    Ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa berdasarkan surat Al-Baqarah : 177
a.    Memiliki keimanan yang kokoh, yaitu percaya kepada rukun iman yang enam (iman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir dan hal-hal yang bersifat ghaib
b.    Memiliki kepekaan sosial, yaitu berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dengan menyalurkan sebagian rezekinya kepada kaum kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta serta orang yang susah lainnya.
c.    Selalu melakukan hubungan vertical dengan Tuhan, yaitu senantiasa melaksanaka shalat lima waktu sesuai dengan ketentuan syari’at
d.    Selalu membayar zakat dari harta yang dimilkinya sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah atas rezeki yang diterimanya dan rasa kepeduliaan kepada nasib orang lain
e.    Berakhlak mulia yang diwujudkan dalam bentuk keteetapan dalam melaksanakan janji, kemampuan menahan amarah dan mau memaafkan kesalahan orang lain
f.    Bersifat tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian dari tuhan seraya memohon bimbingan-Nya
g.    Selalu berlomba-lomba dalam beramal utuk memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat yaitu masuk kedalam syurga yang menyenangkan
h.    Selalu bertaubat, yakni memohon ampunan dari segala dosa yang diperbuatnya diiringi dengan rasa menyesal dan diikuti pula dengan melakukan perbuatan yang baik

D.    Pengertian dan contoh perbuatan Munafik, Fasik, Syirik dan Kafir beserta dalil naqlinya
1.    Munafik
Munafik berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang melahirkan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang terkandung dihatinya sedangkan secara istilah munafik artinya orang yang lahiriyahnya mengaku beriman kepada Allah sedangkan hatinya tidak mengimaninya.
Munafik adalah orang yang termasuk golongan orang yang tidak mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah, sehingga jalan hidupnya yang ditempuhi tidaklah mengandungi nilai-nilai ibadah dan segala amal yang dikerjakan tidak mencari keredhaan Allah.
Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, mengaku beriman padahal hatinya ingkar. Perbuatan orang munafik disebut Nifaq. Mereka ini hanya pada mulutnya saja, kemudian dalam perbuatannya sehari-hari tampak baik, tapi hanya tipu belaka saja.
Artinya segala amal perbuatan yang dikerjakan itu bukan ditegakkan di atas dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, akan tetapi hanya didasarkan pada perasaan dan hawa nafsunya semata-mata untuk mencari muka, penampilan, mengambil hati dalam masyarakat dan pandangan orang belaka. Segala perbuatan baiknya itu hanya dijadikan tempat berlindung untuk menutupi segala keburukan I’tikad dan niatnya.
Tanda-tanda munafik.
a)    Ingin menipu daya Allah.
Firman Allah:
 ••   •                 
Artinya    :    “Dan diantara manusia ada yang mengatakan,’aku beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian,’padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang yang beriman.Mereka itu hendak menipu Allah berserta orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri,sedang mereka tidak sedar” [Qs Al Baqarah: 8-9]

b)    Lebih suka memilih orang kafir sebagai pepimpinnya.
Firman Allah maksudnya:
          • • •   
Artinya    :    “…..(yaitu) orang yang mengambil orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah” [Qs An Nisa’ :139]

c)    Tidak ingin diajak berhukum dengan hukum Allah dan RasulNya.
Firman Allah:
               
Artinya    :    “Apabila dikatakan kepada mereka (org munafik):”Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,” niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu” [Qs An Nisa:61]

d)    Malas menegakkan solat, tapi kalau solat suka menunjuk-nunjuk (riyak)
Firman Allah:
•             ••      

Artinya    :    “Dan bila mereka berdiri untuk melaksanakan solat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riyak dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka itu menyebut asma Allah, kecuali sedikit sekali [Qs An Nisa:142]

e)    Berdusta apanbila berkata, menyalahi janji dan khinat (pecah amanah)
"علامات المنافقين أن هناك 3 أنواع، مثل الكذب إذا القول، إذا ما انتهك دائما الوعد، وإذا ما أعطيت الثقة (ثقة) الغادرة وليس"(رواه البخاري - مسلم).
Artinya    :    “Tanda-tanda orang munafik itu ada 3 macam, apabila berkata suka berdusta,apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khinat”  [Hr muslim dan bukhari] 

 Pengaruh munafik bagi kehidupan bermasyarakat.
Dalam sejarah telah banyak membuktikan bahawa umat Islam zaman dulu sering diperdaya oleh orang munafik dan hal itu akan berterus sampai zaman sekarang bahkan zaman yang akan datang dari generasi ke generasi. Oleh kerana itu kita umat Islam dimana saja berada hendaknya berhati-hati terhadap orang munafik yang berhasrat mematahkan semangat juang kita umat Islam, memporak-perandakan kekuatan Islam, memadamkan cahaya Allah ditengah-tengah orang Islam dan selalu kerosakan dan kekacauan dimana-mana.
           
Artinya    :    “Mereka (orang munafik) hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka. Dan Allah telah menyempurkan cahayaNya, meskipun orang kafir membenci.” [Qs Asy-Shaf;8]

Contoh : seseorang mengaku beriman kepada Allah namun dalam prakteknya dia enggan melaksanakan Perintah-Nya dan melaksanakan Larangannya.

2.    Fasik
Fasik berasal dari bahasa Arab Fasaqa,Yufsuqu, Fisqan, Fusuq, yang berarti keluar dari jaran yang benar, durhaka. Sedagkan dari segi istilah, fasik mengacu kepada orang Islam yang secara sadar melanggar ajaran agamanya.
Contoh : seorang yang muslim dengan sengaja berpindah agama. Dari Islam ke agama lain. Padahal dia tau itu dilarang tapi dia tetap menjalankannya.
Dan orang Tersebut dijelaskan dalam Alquran :
            
Artinya
    :    Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.


3.    Syirik
Syirik berasal dari bahasa Arab Asyraka, Yusyriku, Isyrak yang berarti menyekutukan. Sedangkan dari segi istilah berarti orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu yang ia yakini dan meyerupai tuhan, baik dalam zat, sifat, ataupun dalam perbuatan.
Contoh : Meminta pertolongan kepada seorang dukun
Syrik termasuk salah satu sikap yang dilarang oleh Allah, bahkan dianggap sebagai salah satu dosa besar. Firman Allah SWT :
 •                     
Artinya
    :    Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.

4.    Kafir
Kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak percaya) atau tidak beragama Islam. Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak mahu memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam disampaikan melalui para Rasul (Muhammad SAW) atau para penyampai dakwah/risalah. Perbuatan yang semacam ini disebut dengan kufur.
Kufur pula bermaksud menutupi dan menyamarkan sesuatu perkara. Sedangkan menurut istilah ialah menolak terhadap sesuatu perkara yang telah diperjelaskan adanya perkara yang tersebut dalam Al Quran. Penolakan tersebut baik langsung terhadap kitabnya ataupun menolak terhadap rasul sebagai pembawanya.
Firman Allah :
•                               


Artinya    :    ‘Sesungguhnya orang kafir kepada Allah dan RasulNya, dan bermaksud memperbezakan antara Allah dan RasulNya seraya (sambil) mengatakan:’Kami beriman kepada yang sebahagian (dari Rasul itu / ayat Al Quran) dan kami kafir (ingkar) terhadap sebahagian yang lain. Serta bermaksud (dengan perkataanya itu) mengambil jalan lain diantara yang demikian itu (iman dan kafir). Merekalah orang kafir yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk mereka itu seksaan yang menghinakan” [Qs An Nisa, 150-151]

Pembahagian Kafir.
a)    Kafir yang sama sekali tidak percaya akan adanya Allah, baik dari segi zahir dan batin seperti Raja Namrud dan Firaun.
b)    Kafir jumud (ertinya membantah). Orang kafir jumud ini pada hatinya (pemikirannya) mengakui akan adanya Allah TAPI tidak mengakui dengan lisannya, seperti Iblis dan sebagainya.
c)    Kafir ‘Inad .Orang kafir ‘Inad ini, adalah mereka pada hati (pemikiran) dan lisannya (sebutannya) mengakui terhadap kebenaran Allah, TAPI tidak mahu mengamalkannya , mengikuti atau mengerjakannya seperti Abu Talib.
d)    Kafir Nifaq yaitu orang yang munafik. Yang mengakui diluarnya,pada lisannya saja terhadap adanya Allah dan Hukum Allah, bahkan suka mengerjakannya Perintah Allah, TAPI hatinya (pemikirannya) atau batinnya TIDAK mempercayainya.

Tanda Orang Kafir.
a)    Suka pecah belahkan antara perintah dan larangan Allah dengan RasulNya.
b)    Kafir (ingkar) perintah dan larangan Allah dan RasulNya.
c)    Iman kepada sebahagian perintah dan larangan Allah (dari Ayat Al Quran),tapi menolak sebahagian daripadanya.
d)    Suka berperang dijalan Syaitan (Thoghut).
e)    Mengatakan Nabi Isa AL Masihi adalah anak Tuhan.
f)    Agama menjadi bahan senda gurau atau permainan .
g)    Lebih suka kehidupan duniawi sehingga aktiviti yang dikerjakan hanya mengikut hawa nafsu mereka, tanpa menghiraukan hukum Allah yang telah diturunkan.
h)    Mengingkari adanya hari Akhirat, hari pembalasan dan syurga dan neraka.
i)    Menghalangi manusia ke jalan Allah.

Hubungan Orang Kafir.
Berhubungan Muslim dengan Orang kafir adalah tidak dilarang, dicegah bahkan dibolehkan oleh Islam, KECUALI adanya perhubungan (bertujuan) yang memusuhi Allah dan RasulNya (Hukum Allah), termasuk merosakkan aqidah Islam.
       






BAB III
PENUTUP

Demikian makalah yang dapat saya susun. Saya menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang saya sadari atau pun yang tidak saya sadari. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan datang saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna saya berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk Menyadari bahwa manusia secara fitrah mempunyai naluri terhadap agama dan mengesakan Tuhan. Sekaligus mengingatkan kepada manusia bahwa mereka dulu di alam primodial (Azali) diambil kesakiannya bahwa Tuhan mereka adalah Allah. Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Pembelajaran Menulis yang lebih lengkap.














KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rezeki dan kesehatan kepada saya sehingga saya mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Aqidah Akhlak.
Saya menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang saya sadari atau pun yang tidak saya sadari. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan datang saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna saya berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari saya atas perhatian para pembaca sekalian saya mengucapkan terima kasih.

Kuningan, Februari 2012
Penyusun











DAFTAR ISI

    Kata Pengantar     i   Daftar Isi     ii

BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah     1
B.    Batasan Masalah     2
C.    Tujuan yang Ingin dicapai     2
D.    Metode Yang Digunakan     2
E.    Sistematika Penulisan     2

BAB II         PEMBAHASAN
A.    Pengertian Aqidah Islamiah     3
1.    Aqidah Islamiah     3
2.    Alasan Aqidah Islamiah Tidak Boleh Dirusak     3
3.    Ayat Al-Quran Mengenai Aqidah Islamiah     3
4.    Macam-Macam Keimanan Yang Terdapat dalam Al-Quran     4
5.    Ayat Al-Quran dan Hadits tentang Perintah Taat     5
6.    Karakteristik Aqidah Islamiah     5
7.    Manfaat Mempelajari Aqidah Islamiah     6
B.    Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan    10
1.    Pengertian Iman    10
2.    Pengertian Islam    11
3.    Pengertian Ihsan    11
4.    Hubungan Antara Iman, Islam, dan Ihsan    11
5.    Unsur-Unsur Iman    12
6.    Perbedaan Percaya, Yakin dan Iman serta Aliran Kepercayaan dan Agama    14


C.    Pengertian Iman Kepada Allah    16
1.    Pengertian Iman Kepada Allah    16
2.    Kedudukan dan Fungsi Iman Kepada Allah dan Hari Akhir    17
3.    Cara-Cara Beriman Kepada Allah    20
4.    Al-Baqarah ayat 177    26
5.    Ciri-Ciri Orang yang Beriman dan Bertaqwa berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 177    27
D.    Pengertian dan Contoh Perbuatan Munafik, Fasik, Syirik, dan Kafir    28
1.    Munafik     28
2.    Fasik    31
3.    Syrik    32
4.    Kafir    32

BAB III        PENUTUP
A.    Penutup    35
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar