Kamis, 05 April 2012

makalah Psikologi Pendidikan "Memory dan Lupa"


BAB I
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Masalah
Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar Kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat berceritera, maka makin banyak perubahannya.
Maka dari itu penulis mengangkat judul “Memori dan Lupa” agar kita semua mengetahui segala hal yang berkaitan dengan lupa yang semoga dapat bermanfaat untuk para pembacanya.






B.     Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam karya tulis ini adalah:
1.      Apakah Memori  itu?
2.      Apa saja teori-teori mengenai Memori belajar?
3.      Apa saja ragam dalam Memori belajar?
4.      Faktor-faktor penyebab Memori belajar?
5.      Bagaimanakah definisi lupa ?
6.      Apakah faktor yang menyebabkan lupa?
7.      Bagaimanakah kiat-kiat megurangi lupa?

C.     Tujuan Yang Ingin Dicapai
Adapun Tujuan penulis dalam penulisan karya tulis ini adalah
1.      Sebagai salah satu tugas Persentasi Kelompok Mata Pelajaran Psikologi Pendidikan semester I Prodi PGMI
2.      Untuk mengetahui pengertian Memori dan Lupa
3.      Mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan Memory dan Lupa

D.    Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam Karya tulis ini.









BAB II
MEMORY DAN LUPA

A.    Memori
1.      Konsep Memori
Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.
Memori atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :

a)      Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM) ialah temppat menyimpan informasi yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang labih pendek
Ada 2 cara untuk meningkatkan STM, yaitu:
·         Rehearsal : adalah pengulangan informasi secara sadar sebagai usaha untuk mempertahankan informasi dalam STM.
·         Encoding : adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks).

Retrieval adalah suatu proses untuk menemukan memori yang disimpan dan membuatnya menjadi dapat digunakan.
Ada 2 jenis retrieval, yaitu:
·         Recognition : adalah mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya.
·         Recall : adalah mengeluarkan bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues.

Selective attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.

b)     Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM) ialah gudang tempat menyimpan informasi untuk masa yang cukup lama.

2.      Proses Memori
Proses memori atau mengingat terjadi dalam tiga tahapan :
a)      Tahapan perolehan Informasi
b)      Tahapan Penyimpanan Jangka Pendek atau ingatan jangka panjang
c)      Tahapan mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan

3.      Teori-Teori Memori
Teori yang paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti berikut :
a.       Enconding adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang  dapat diingat. Enconding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks). Proses pengubahan informasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :
1)      Tidak Sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh indera    dimasukkan dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya.Contohnya adalah seorang anak yang menginginkan barang yang sangat ia mau, apabila tidak dibelikan, ia akan menangis sekeras kerasnya. Kelakuan      tersebut bisa tersimpan di otak mereka karena dengan menagis sekeras-kerasnya ia akan dibelikan barang yang ia mau.
2)      Sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahun ke dalam ingatannya. Contohnya adalah seseorang yang sering jalan kesuatu tempat, ia akan hafal dengan sengaja tempat tersebut.
b.         Storage adalah penyimpanan apa yang telah diproses dalam enconding tersebut. Proses ini disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori jangka pendek, atau memori jangka panjang). Setiap proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak dalam diri seseorang dan jejak ini akan disimpan sementara dalam ingatannya. Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal penting yang dapat dicata, yaitu interval atau jarak waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali.
Interval dapat dibedakan atas :
a.       Lama Interval yaitu menunjukan tentang lamanya waktu antara pemasukan bahan sampai ditimbulkan kembali bahan itu. Lamanya berkaitan dengan kekuatan retensi.
b.      Isi Interval yaitu aktivitas-aktivitas yang terdapat pada interval. Aktivetas tersebut akan merusak atau menganggu jejak ingatan sehingga dapat menyebabkan kelupaan.
c.        Retrieval adalah pemulihan kembali apa yang telah disimpan sebelumnya. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali. Hilgrad (1975) menyebutkan tiga jenis proses mengingat, yaitu :
a.       Recall yaitu mengeluarkan bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues. Selective attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.
b.      Recognition yaitu mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya. Contohnya Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.
c.       Redintegrative yaitu proses meningat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu cerita yang cukup lengkap. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Susilo Bambang Yudhoyono (presiden RI), maka akan teringat banyak hal tentang tokoh tersebut.

Perbedaan antara recall dan recognition menunjukan adanya fungsi petunjuk mengingat dalam recognition. Petunjuk ini membantu organisme mengenali informasi yang akan diingat khususnya memori jangka panjang.
Pendekatan Information-Processing menyatakan bahwa memori dapat dipahami melalui tiga proses, yaitu enconding, storage, dan interval. Tapi dalam proses tersebut terlibat tiga sistem memori yang berbeda, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory).

4.      Faktor yang mempengaruhi Memori
Proses mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu :
a)      Faktor Individu
Proses mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran memiliki kondisi Fisik dan kesehatan yang baik.
b)      Faktor Sesuatu yang Harus di Ingat adalah sesuatu yang memiliki organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai keterkaitan dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup kuat.
c)      Faktor Lingkungan proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari adanya gangguan-gangguan.

5.      Meningkatkan Kemampuan Memori
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
a.       Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
b.      Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
c.       Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali

B.     Lupa
1.      Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Lupa merupakan kegagalan untuk mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang disebabkan oleh lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut dibutuhkan.

2.      Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
a.       Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b.      Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)      Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2)      Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c.       Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
d.      Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
e.       Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
3.      Faktor-Faktor Penyebab Lupa
a.       Lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua Macam (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990), yaitu:
1)      Proactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
2)      Retroactive interference
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
b.      Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan :
1)      Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
2)      Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3)      Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
c.       Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
d.      Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
e.       Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
f.       Lupa Tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.



Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tenggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)

4.      Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989: 291) sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan konsentrasi. Oleh karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh Gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu  yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbin Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.
Gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)

5.      Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak lupa.
Kadang-kadang kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita ingat itu, entah itu nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal lahir seorang pahlawan nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat” ini disebut”gejala ujung lidah”.
Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa, Cuma kurang pasti. (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)

6.       Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
a.       Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.

b.      Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
c.        Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
d.      Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.


e.       Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.

7.      Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1)      Overlearning
Overlearning (belajar) lebih artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pembelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2)      Extra Study Time (Tambahan waktu belajar)
Ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3)      Mnemonic Device (Muslihat Memory)
Mnemonic Device Muslihat memori atau mnemonic device yang lebih sering disebut mnemonic saja berarti kiat-kiat khusus yang biasa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam memori siswa. Ragam mnemonic ini banyak ragamnya tetapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut.
a)      Rima ( Rhyme ), yaitu sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan. Contohnya seperti nyanyian anak-anak TK yang berisi pesan-pesan moral.
b)       Singkatan, yakni terdiri dari huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Contoh jika seorang siswa hendak mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, mereka dapat menyingkatnya menjadi ANIM. Pembuatan singkatan seyogyanya dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menarik dan memberi kesan tersendiri.
c)      Sistem kata pasak ( peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memeori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-api. Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang sama seperti darah, lipstik, pasangan langit dan bumi; neraka dan kata atau istilah lain yang memiliki kesamaan watak (warna, rasa, dan seterusnya).
d)     Model Losai ( Method of Loci ), yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata “Loci” sendiri adalah jamak dari kata “lokus” yang artinya tempat. Dalam hal ini nama-nama kota, jalan, dan gedung yang terkenal dapat dipakai untuk menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan, dalam arti memiliki kemiripan ciri dan keadaan. Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (George Washington).
e)      Sistem Kata Kunci ( Key Word System ), kiat yang satu ini masih tergolong baru dibandingkan kiat-kiat yang lainnya. Kiat ini dikembangkan oleh Raugh dan Atkinsen. Sistem ini biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
Ø  kata-kata asing,
Ø  kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara atau lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari,
Ø  arti kata asing yang dipelajari. Contoh: Kata Inggris Kata Kunci Arti Astute Butterfly Challenge Domination Eyesight Fussy Astuti Baterai Celeng Domino Aisyah Fauzy Cerdik, lihai Kupu-kupu Tantangan Penguasaan Penglihatan Cerewet
4)      Pengelompokan Maksud kiat pengelompokan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan atau pengelompokan ini direkayasa sedemikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item seperti: a. Daftar I, terdiri atas nama-nama negara serumpun, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunai dan seterusnya; b. Daftar II, terdiri atas singkatan-singkatan lembaga negara, seperti MPR, DPR, dan seterusnya: c. Daftar III, terdiri dari singkatan-singkatan nama-nama badan internasional, seperti: WHO, ILO, dan sebagainya
5)      Latihan Terbagi Latihan terbagi atau distributed practice adalah latihan terkumpul (massed pratice), yang sudah dianggap tidak efektif lagi karena mendorong siswa membuat cramming, yakni belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
6)      Pengaruh Letak Bersambung Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat oleh siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
Selain ke enam kiat-kiat diatas, Seorang guru dapat mengurangi lupa dengan berbagai cara lain seperti berikut ini.
Pertama, mencoba menimbulkan atau meningkatkan memotivasi belajar siswa dengan menyadarkan mereka akan tujuan instruksional yang harus mereka capai. Hal ini dapat dilakukan, misalnya dengan menjelaskan manfaat materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, dan masa depan mereka
Kedua, mencoba selalu menjelaskan unsur-unsur pokok sebelum menunjukkan unsur-unsur penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang disajikan. Dalam hal ini seorang guru direkomendasikan untuk mendemonstrasikan dengan alat-alat peraga yang tersedia atau memberi tanda-tanda khusus pada kata atau istilah pokok.
Ketiga, mencoba untuk selalu menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan materi yang telah diajarkan pada sesi yang lalu. Keempat, ketika seorang guru bertanya kepada anak didiknya mengenai materi yang telah diajarkan, dengan memperhatikan:
a)      Seyogyanya pertanyaan itu disampaikan dengan cara yang akrab dan tidak menegangkan, tetapi wibawa tetap dijaga.
b)      Pertanyaan harus jelas dan tidak mengandung banyak tafsiran
c)      Pertanyaan hendaknya mengandung suatu masalah agar siswa dapat memusatkan proses sistem akalnya untuk mencari respon
d)     Pertanyaan tidak hanya untuk mendorong siswa menjawab “ya” atau “tidak” sebab hal ini akan menghambat kreativitasnya.
e)      Jika siswa tidak mampu menjawab, Pendidik tidak perlu mendesaknya.
f)       Segera tawarkan pertanyaan yang tidak terjawab tersebut ke teman lain agar teman yang tidak bisa menjawab dapat menggambil pelajaran dari teman lainnya.
g)      Berilah pujian terhadap anak didik ketika ia bisa menjawab pertanyaan tersebut.

















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Memori
1.      Konsep Memori
Memori atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :
a.       Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM)
b.      Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM)

2.      Proses Memori
Proses memori atau mengingat terjadi dalam tiga tahapan :
a)      Tahapan perolehan Informasi
b)      Tahapan Penyimpanan Jangka Pendek atau ingatan jangka panjang
c)      Tahapan mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan

3.      Teori-Teori Memori
Teori yang paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti berikut :
a.       Enconding
b.         Storage

4.      Faktor yang mempengaruhi Memori
Proses mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu :

d)     Faktor Individu
e)      Faktor Sesuatu yang Harus di Ingat
f)       Faktor Lingkungan

5.      Meningkatkan Kemampuan Memori
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
a.       pengulangan/rekan
b.      Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain
c.       Proses memori memerlukan organisasi

Lupa
1.      Pengertian Lupa
Lupa merupakan kegagalan untuk mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang disebabkan oleh lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut dibutuhkan.

2.      Proses Terjadinya Lupa
a.       Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b.      Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis
c.       Asimilasi
d.      Jika mempelajari hal yang baru
e.       Represi


3.      Faktor-Faktor Penyebab Lupa
a.       Lupa terjadi karena gangguan konflik
b.      Karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada
c.       Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan
d.      Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat
e.       Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi  tidak pernah digunakan atau dihafalkan
f.       Lupa Tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.

4.      Lupa Versus Hilang
Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa.

5.      Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak lupa.

6.       Teori-Teori Mengenai Lupa
a.       Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).


b.      Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya.
c.        Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi.
d.      Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran.
e.       Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia

7.      Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
a.       Overlearning
Overlearning (belajar) lebih artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pembelajaran tertentu.
b.      Extra Study Time (Tambahan waktu belajar)
Ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
c.       Mnemonic Device (Muslihat Memory)
Mnemonic Device Muslihat memori atau mnemonic device yang lebih sering disebut mnemonic saja berarti kiat-kiat khusus yang biasa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam memori siswa.
d.      Pengelompokan Maksud kiat pengelompokan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e.       Latihan Terbagi Latihan terbagi atau distributed practice adalah latihan terkumpul (massed pratice), yang sudah dianggap tidak efektif lagi karena mendorong siswa membuat cramming, yakni belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
f.       Pengaruh Letak Bersambung Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.


B.     Saran
Ø  Tidak berarti bahwa semua yang telah pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali atau dengan kata lain ada yang dilupakan. Peristiwa kelupaan ini dapat terjadi karena kemampuan ingatan yang terbatas, cepat lambat orang dalam memasukkan (mendispersi) apa yang ia pelajari, ataupun karena problem psikologis yang ada pada dirinya. Sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu untuk mengatasi kelupaan yang terjadi pada diri siswa.
Ø  Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Memory dan Lupa




DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: PBFE.
Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev. Cetakan keempaat belas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Andi Offset dit or delete it and start blogging!
Almazini.P. Mengoptimalkan Daya Ingat. www.makelarz.blogspot.com. 19 September 2008.
Hilary. Memory Otak. http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007.
NN. Memori Jangka Pendek. www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.
N.N. Meningkatkan Daya Ingat. http://www.e-edukasi.net. 19 September 2008.
Riyanti, D.B.P., Prabowo, H,. Puspitawati, I,. (1996) . Psikologi Umum 1: Seri Diktat Kuliah Editor: Hendro Prabowo. Jakarta. Fakultas Psikologi Gunadarma









KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan. Adapun materi makalah yang kami buat adalah "Memori dan Lupa".
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun yang tidak kami sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami atas perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan terima kasih.


Kuningan,  Agustus 2011
Penulis









DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I             PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B.   Batasan Masalah........................................................................................ 2
C.   Tujuan yang Ingin dicapai......................................................................... 2
D.  Metode yang digunakan............................................................................ 2

BAB II            PEMBAHASAN
A.  Memori...................................................................................................... 3
1.      Konsep Memori................................................................................... 3
2.      Proses Memori..................................................................................... 4
3.      Teori-Teori Memori............................................................................. 4
4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori....................................... 7
5.      Meningkatkan Kemampuan Memori................................................... 7
B.   Lupa.......................................................................................................... 8
1.      Pengertian Lupa.................................................................................. 8
2.      Proses Terjadinya Lupa....................................................................... 9
3.      Faktor-Faktor Penyebab Lupa............................................................. 10
4.      Lupa Versus Hilang............................................................................. 13
5.      Lupa-Lupa Ingat................................................................................. 14
6.      Teori-Teori Mengenai Lupa................................................................. 15
7.      Kiat Mengurangi Lupa Dalam Belajar................................................ 17

BAB III          PENUTUP
A.  Kesimpulan ............................................................................................... 22
B.   Saran.......................................................................................................... 26

Daftar Pustaka....................................................................................................... iii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar