PROPOSAL
PENELITIAN
A.
JUDUL
PEMBELAJARAN
MENULIS NARASI SUGESTI PENDEKATAN GOLONGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI CIBINGBIN
B.
BIDANG ILMU
Kependidikan
dan Kebahasaan
C.
LATARBELAKANG MASALAH
Untuk
berhubungan dengan orang lain, seorang manusia menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi. Kita dapat melihat karakter seseorang dari bahasa yang
digunakannya. Kita dapat menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikiran,
menuangkan ide, gagasan dan perasaan. Selain dalam bentuk lisan, kita dapat
menggunakan pikiran, dan gagasan dalam bentuk tulisan.
Keterampilan
berbahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Diantara empat keterampilan berbahasa itu, kemampuan menulis merupakan salah
satu aspek kemampuan berbahasa yang dalam proses pembelajaran merupakan suatu
proses kompleks.
Keterampilan
menulis diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dilingkungan pendidikan. Sekolah
merupakan lingkungan pendidikan yang harus mampu memberikan keterampilan
menulis pada anak didiknya. Namun, pada kenyataannya pengajaran bahasa
indonesia khususnya yang berhubungan dengan keterampilan penulis belum
menampakkan hasil yang memuaskan.
Pada
era globalisasi seperti sekarang ini, keterampilan menulis sangatlah
diperlukan, sehingga tidakklah berlebihan bila kita mengatakan bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau
bangsa yang terpelajar.
Apabila
dilihat dari segi pengajaran, kurang berhasilanya pengajaran keterampilan
menulis di Sekolah disebabkan oleh mated ajar yang diberikan masih bersifat
teoritis dan kurangnya kreativitas guru dalam memberikan mated yang berhubungan
dengan keterampilan menulis. Keberhasilan pengajaran dipengaruhi oleh
fakotor-faktor yang terdiri atas guru, siswa, metode pengajaran, dan materi
atau bahan pelajaran. Dalam hal ini, guru harus memliki kreativitas yang dapat menunjang
keberhasilan pengajaran sehingga siswa benar-benar memiliki kemampuan dan
keterampilan sesuai dengan tujuan pengajaran.
Seperti
yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu faktor yang bisa meningkatkan
pembelajaran menulis adalah penggunaan metode dan teknik. Salah satu teknik
yang bisa digunakan dalah dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Leraning). Pembelajaran kontektual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, yaitu konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan
(Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic
Assement), dan refleksi (Reflection) (Depdiknas, 2002 : 6)
Berdasarkan
pemikiran diatas, penulis merumuskan judul Pembelajaran
Menulis Narasi Sugestif Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada Siswa Kelas I Di SMA Negerei Cibingbin.
Batasan Masalah
Karangan terdiri atas empat jenis
yaitu, karangan narasi, karangan deskripsi, karangan argumentasi, dan karangan
eksposisi. Untuk memfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti,
penulis membatasi masalah pada kemampuan siswa menulis narasi khususnya narasi
sugestif.
D.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar kemampuan siswa menulis
narasi sugestif sebelum diberi tindakan pembelajaran melalui pendekatan CTL?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan
siswa menulis narasi sugestif setelah diberi tindakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL?
E.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Karangan narasi adalah karangan
berbentuk cerita yang antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain
saling berkaitan, disusun menurut urutan kejadian atau urutan waktu dan
bersumber dari daya khayal pengarang.
2. Narasi sugestif adalah narasi yang
berisi karya fiktif yang bertujuan memberi suatu makna kepada pembacanya.
3. Pendekatan CTL adalah salah satu teknik
pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan kehidupan nyata.
F.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dalam menulis karangan narasi sugestif sebelum diberi tindakan pembelajaran
melalui pendekatan CTL
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa
dalam menulis karangan narasi sugestif setelah diberi tindakan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CTL.
G.
MANFAAT PENELITIAN
Ada
beberapa manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini. Selain bermanfaat untuk
peneliti, penelitian ini juga bermanfaat untuk guru sebagai pengajar mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan siswa.
Bagi
peneliti, penelitian ini bisa membantu dalam mengetahui perkembangan pengajaran
bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pengajaran menulis. Selain itu, penulis
sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia dituntut untuk mengetahui materi
dibidang tersebut. Oleh karena itu, sebelum terjun kedunia pendidikan yang
sebenarnya, penulis harus dapat mengenal permasalahan yan terjadi dalam
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini dapat menambah wawasan
siswa dalam dunia pendidikan dilapangan dan gambaran nyata kemampuan siswa
dalam menulis narasi.
Manfaat
bagi siswa ialah mendapatkan bahan pengajaran yang diperoleh dari kehidupan
sehari-hari, karena narasi sugestif erat berhubungan dengan mereka. Hampir
semua siswa menggemari narasi sugestif. Mereka sering membaca narasi sugestif
dalam bentuk cerpen baik dari majalah maupun dari buku kumpulan cerpen. Selain
itu, siswa merasakan pengalaman menulis narasi sugestif dengan baik.
Bagi
guru sebagai pengajar mata pelajarn bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini
bisa memberikan masukan dan upaya-upaya peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis karangn narasi sugestif.
H.
ANGGARAN DASAR
1. Pembelajaran menulis Narasi Sugestif
pada siswa kelas X di SMA Negeri I Cibingbin sudah sering dilakukan.
2. Pendekatan Contextual Teaching dan
Learning (CTL) pada siswa kelas X SMA Negeri I Cibingbin jarang dipakai
3. Menggunakan modal-modal pembelajaran
sangat penting untuk keberhasilan proses belajar mengajar
4. Penulis sudah mengetahui ilmu tentang
Narasi Sugestif pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
5. Penulis mampu menulis penelitian ini.
Penulis
memiliki waktu dan dana yang cukup untuk menyusun penelitian ini.
I.
KERANGKA TEORI
MENULIS
NARASI SUGESTIF DAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL)
Pada hakikatnya orang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi.
Kemampun ini kita dapat melalui transmisi budaya (Moulton dalam Darmadi 1996 :
1), yaitu sesuatu yang kita dapatkan melalui suatu proses belajar dan bukan
sebagai warisan. Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga kemampuan berbahasa
karena didalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa sebagai media utamanya.
Ada empat kemampuan berbahsa yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan
membaca, dan kemampuan menulis. Keempat kemampuan itu merupakan satu kesatuan
dalam rangka mendukung kemampuan komunikasi yang baik. Oleh karena itu,
meningkatkan penguasaan berbagai kemampuan itu secara terus menerus akan sangat
mendukung penguasaan komunikasi yang semakin baik.
Kemampuan menyimak adalah yang relatif paling mudah dan disusul
dengan kamampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara. Setingkat lebih
sukar lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah kemampuan
menulis.
a.
Pengertian Menulis
Secara
sederhana menulis dapat diartikan dengan mencoret-coret atau menggores alat
tulis pada selembar kertas, papan tulis dan alat sejenisnya. Dalam arti yang
lebih luas Syamsuddin A.R mengatakan bahwa :
Dalam
arti sesuangguhnya, menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang
dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung
diantara mereka. Hal ini terkadi karena dalam kenyataan hidup bermasyarakat,
kontak komunikasi itu tidak selalu dapat dilakukan dengan tatap muka. Kegiatan
menulis baru dapat tertulis, setelah manusia belajar dahulu mengenai bahasa
tertulis karena keterampilan ini berbeda dengan keterampilan menyimak dan
berbicara yang dimiliki manusia normal sejak lahir.” (1994 :1)
M.E
Suhendar (1992) memberikan pengertian bahwa menulis merupakan suatu proses
perubahan bentuk pikiran/angan-angan/perasaan dan sebagainya menjadi wujud
lambang/tanda/tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai keterampilan
berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan sesuatu (karangan) sebagai
ungkapan pikiran, perasaan, dan kemampuannya dalam bahasa tertulis (Sapani,
1990 :2)
Dari
pengertian-pengertian menulis yang telah dikemukakan, dapat dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi tidak langsung untuk menuangkan pikiran, perasaan, dan kemampuannya
dalam bahasa tertulis.
b.
Menulis Sebagai Aspek Keterampilan Berbahasa
Menulis sebagai aspek keterampilan
berbahasa memiliki hubungan antara keempat keterampilan bahasa tersebut menurut
Anderson sebagai berikut :
Menyimak dan membaca erat hubungannya
dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara
dan menulis erat hubungannya dalam hal bahwa keduanya merupakan cara
mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya keempat keterampilan itu sering
sekali8 berhubungan satu sama lain. Seorang mahasiswa mencatat waktu ia
menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan responsi pendengaran
terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan jelas terlihat bahwa berbicara dan
menyimak hampir-hampir merupakan proses yang sama.” (H.G Tarigan, 190 dalam
Syamsudin 1992 :40)
c.
Manfaat Menulis
Meskipun
menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai, tidak ada alasan
bagi siswa untuk tidak belajar menulis. Beberapa alasan penting mengapa kita harus
belajar menulis menurut Hairston (Dalam Darmadi, 1996:3), yaitu sebagai berikut
:
1. Kegiatan menulis adalah satu sarana
untuk menemukan sesuatu. Dalam hal ini dengan menulis kita dapat merangsang
pemikiran kita dan kalau dilakukan dengan intensif maka akan dapat membuka
penyumbat otak kita dalam rangka mengangkat ide dan informasi yang ada di alam
bawah sadar pemikiran kita.
2. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide
baru
3. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep dan ide yang kita miliki.
Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang
4. Kegiatan menulis dapat membantu dirikita
untuk menyerap dan memproses informasi
5. Kegiatan menulis akn memungkinkan kita
untuk berlatih memecahkan beberap masalah sekaligus
6. Kegiatn menulis dalam sebuah bidang ilmu
akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima
informasi saja.
Akhadiah (1992:1-2) mengemukakan
beberapa manfaat kegiatan menulis sebagai berikut :
a. Kegiatan menulis dapat lebih mengenali
kemampun dan potensi diri dan mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang
suatu topik
b. Kegiatan menulis dapat mengembangkan
berbagai gagasan
c. Kegiatan menulis lebih banyak menyerap,
mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis
d. Kegiatan menulis dapat mengomunikasikan
gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat
e. Kegiatan menulis dapat menilai diri kita
secara objektif
f. Kegiatan menulis dapat memecahkan
permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang
konkret
g. Kegiatan menulis mendorong kita belajar
lebih aktif, kita menjadi penemu, serta pemecah masalah
h. Kegiatan penulis yang terencana akan
membiasakan kita berfikir serta berbahasa secara tertib
Beberpa manfaat diatas menjelaskan bahwa
dengan berlatih menulis terus menerusakan dapat menjadikan kita sebagai penulis
yang lancar. Seiring dengan bertambahnya tingkat kelancaran kita dalam menulis,
maka akan bertambah pula tingkat kepercayaan diri kita. Disamping itu semua,
jelas kegiatan menulis dapat menjadi pengalaman yang produktif berharga.
d.
Menulis Narasi
Pengertian Narasi
Narasi
menurut Suhendar (1992:102) merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca
melihat atau mengalami peristiwa itu. Hanafiah (1981:66) berpendapat bahwa
karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian
dan bagaimana berlangsungya peristiwa-pristiwa tertentu yang biasanya di susun
menurut urutan waktu (secara kronologis). Sedangkan Gorys Keraf (1983: 136)
mendenifisikan narasi sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
dengan sejelas jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Dari
difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah bentuk karangan
yang isinya menceritakan peristiwa dalam urutan waktu tertentu yang mana
peristiwa-peristiwa itu berkaitan satu sama lainya.
e.
Bentuk Karangan Narasi
Bila
ditinjau dari segi bentuk, Gorys Keraf (1985:136) membagi narasi dalam dua
bentuk yang meliputi narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi
ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui
apa yang telah dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa
perluasan pengetahuan para pembaca setelah membaca kisah tersebut. Narasi
sugestif berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu
kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam satu
kesatuan waktu. Tujuan atau sasaran utamanya adalah memberi makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu, karena
sasaran utamanya adalah makna peristiwa, maka menurut Gorys Keraf (1981:138)
narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi)
Narasi
sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang merangsang daya khayal.
Pembaca menarik makna baru diluar apa yang diungkapkan secara eksplisit.
Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai objek dan subjek
yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna baru adalah makna yang tersirat
(Keraf, 1981:138)
Berdasarkan
pendapat diatas, maka dapatlah penulis simpulkan bahwa narasi tidak memberikan
komentar mengenai sebuah cerita, tetapi mengisahkan suatu cerita atau kisah.
Dalam penyajiannya, seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada
pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada
di depan matanya, sehingga dapat menimbulkan simpati atau antipati mereka terhadap
kajadian itu sendiri.
Sesuai
dengan perbedaan antara narasi sugestif dan narasi ekspositoris, maka narasi
dapat dibedakan atas bentuk narasi yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk
narasi yang terkenal yang biasa dibicarakan dalam hubungan dengan kesusastraan
adalah roman, novel, cerpen, dongeng, sejarah, biografi, dan autobiografi.
Dibawah ini adalah karangan narasi sugestif.
Misteri
Rumah Tua
Menurut
orang, rumah tua yang ada didepan rumahku itu ada penghuninya, yaitu seorang
nenek tua yang barabad usianya.
Suatu
malam, aku melihat jendela kamarku sambil mengerjakan tugas-tugas untuk
dikumpulkan besok. Saat aku mengerjakan PR matematika, ada seseorang yang
memanggil namaku tiga kali.
Sis.....Sisca......Sisca,
turun kebawah, Nak” padahal semua orang yang ada dirumah ini sudah tidur semua.
Dengan rasa takut, aku memaksakan mataku untuk dipejamkan.
Tiba-tiba
aku berada dirumah yang sangat indah. Didalamnya seperti istana. Seorang wanita
cantik datang menyapaku.
“Hai,
Sis....bagaimana kabarmu?” Dengan terheran-heran aku bertanya-tanya dalam hati,
dari mana wanita itu tahu namaku? Lalu aku bertanya, “Apa maksud anda?”
“Ah,
Lupakanlah. Kamu pasti tidak akan tahu” Katanya.
Seorang
laki-laki tampan mengajakku pergi keruang makan. Wah, mejanya panjang sekali.
Meja tersebut penuh dengan makanan lezat. Laki-laki itu mempersilahkan untuk
makan bersama-sama. Laki-laki itu pasti seorang pangeran. Hal ini terlihat dari
tutur bicara dan gerak-geriknya yang berwibawa.
Saat
aku mulai menyantap, tiba-tiba semua benda yang ada di depan mataku hilang,
lenyap entah kemana. Istana itu berubah menjadi rumah tua yang penuh kelelawar.
Makanan di piringku berubah.
Menjadi
ulat berbulu dan cacing. Aku terperanjat dan lari ke luar. Kenapa kakiku tidak
bisa bergerak? Aku berusaha lari walau kakiku terasa berat. Tapi kakiku tetap
saja tak mau bergerak. Aku berteriak ketakutan.
“Mama!
Mama ! Tolong aku !”
Seorang
wanita tua datang padaku dan berkata, “Kamu tak kan pernah keluar dari sini”.
Tidak
! tidak mungkin ! aku terus menerus berteriak minta tolong, tetapi tidak ada
yang mau menolongku. Wanita tua itu menyeretku ke dalam sebuah lorong kecil
yang panjang. Aku menjumpai banyak makhluk yang mengerikan. Aku merasa takut
sekali. Wanita itu menjatuhkanku ke dalam jurang.
Aku
berusaha membukia mtaku. Aku mlihat sekelilingku. Aku merasa mengenali tempat
ini. Ya, tentu saja. Ini kamarku. Ternyata semua kejadian mengerikan yang baru
saja ku alami itu adalah sebuah mimpi belaka. Aku melihat jam dinding. Sudah
pukul 06.00 pagi. Aku lari menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi
sekolah. (Dian Nurlatifah, 2003:202-203)
Perbedaan
Narasi Sugestif dengan Narasi Ekspositoris
Supaya
perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas, maka
dibawah ini akan dikemukakan lagi secara singkat perbedaan antara kedua macam
narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting menurut.
Gorys
Keraf (1981:138-139) adalah :
No
|
Narasi Ekspositoris
|
Narasi Sugestif
|
1.
|
Memperluas Pengetahuan
|
Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat
|
2.
|
Menyampaikan suatu informasi mengenai suatu
kejadian
|
Menimbulkan daya khayal
|
3.
|
Didasarkan pada penalaran untuk mencapai
kesepakatan rasional
|
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk
menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggat
|
4.
|
Bahasanya lebih condong ke bahasa informative
dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif
|
Bahasanya lebih condong ke bahasa figurative
dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif
|
Narasi sebagai suatu bentuk wacana dapat
menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat pula menyerap
bentuk lainnya. Dalam narasi dapat di jumpai unsur-unsur argumentasi,
eksposisi, dan deskripsi.
Anjuran, larangan, dan sebagaianya berkenaan
gagasan yang mendasari cerita itu.”(1981:91)
Selanjutnya, esten (1981:91)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah pesan atau jalan keluar
yang diberikan pengarang terhadap pokok persoalan atau tema yang ada di dalam
sebuah cerita
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca yang bisa ditemukan dalam tindakan atau
pesan yang ditulis pada akhir cerita.
f.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
contextual merupakan salah satu topik yang banyak dibicarakan orang dalam dunia
pendidikan saat ini. CTL membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan yang
diharapkan dapat membantu mereka untuk mampu menghubungkan pengetahuan yang
diperoleh dikelas dengan situasi kehidupan nyata. Dengan deminikian, mereka
akan menyadari dan memahami bahwa pelajaran yang diperoleh disekolah bermakna
bagi mereka kelak.
Dunia
pendidikan saat ini memiliki kecenderungan bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
‘mengalami’ apa yang dipelajarinya bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang
menuntut penguasaan materi hanya mampu ‘mengingat’ jangka pendek dan tidak
mampu dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Sejauh
ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar
yang tidak mengharuskan siswa menghafal tetapi mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
g.
Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara mated yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan
(Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic
Assement), dan refleksi (Reflection). Melalui pendekatan ini pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahun dari guru ke siswa.
h.
Lima Elemen Belajar Dalam Pendekatan Kontekstual
Menurut
Zahorik (dalam Depdiknas, 2002:7) ada
elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2. Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya
3. Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan cara
menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) malakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan dan atas dasar
tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
4. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman
tersebut melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
i.
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Pendekatan
CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (Learning Comunity),
Pemodelan (Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic
Assement), dan refleksi (Reflection). Sebuah kelas dikatakan menggunakan
pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Untuk melaksanakan hal itu tidak sulit. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum
apasaja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Penerapan
CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkhnya adalah sebagai
berikut.
1. Kembangkan pikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik
3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan
bertanya
4. Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar
dalam kelompok)
5. Hadirkan ‘model’ sebagai contoh
pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara. (Depdiknas,2002:10)
j.
Tujuh Komponen CTL
1.
Kontruktivime (Constructivism)
konstruktivisme
(Constructivism) merupakan landasan
berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong (Depdiknas, 2002:10). Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Siswa harus mengonstruksi pengetahuan dibenak mereka
sendiri, sehingga pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengonstruksi’
bukan ‘menerima’ pengetahuan.
Landasan
berfikir kontruktivisme agak berbeda dengan kaum objektivis, yang lebih
menekannkan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi
‘memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan :
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan
relevan bagi siswa
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri dan
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar (Depdiknas, 2002:11)
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu
di uji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget (Dalam Depdiknas,2002:11),
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap pengalaman
baru dihubungkan dengan kotak-kotak dalam otak manusia tersebut
2.
Menemukan (Inquiry)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Inquiri dapat diterapkan
pada semua bidang studi. Kata kunci dari strategi inquiri adalah siswa
‘menemukan’ sendiri
3.
Bertanya (Questioning)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’ questioning (Bertanya) merupakan
strategi utama pembelajaran yang berbasis ctl. bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebgai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam
sebuah kegiatan produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan respon kepada siswa
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui
siswa
f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu
yang dikehendaki guru untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa dan
g. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan
siswa (Depdiknas, 2002:14)
Hampir pada semua aktivitas belajar, queating dapat diterapkan antar siswa
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain lain
yang didatangkan kekelas, dsb. Kegiatan tersebut akan menumbuhkan dorongan
untuk ‘bertanya’
4.
Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Konsep learning comunity menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil
belajar dari sharring antara teman,
antar kelompok, antar yang satu dengan yang tahu ke yang belum tahu. Dalam
kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat
belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus
juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan saling belajar ini dapat
terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak
yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu,
semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa setiap orang
lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang
perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap
orang lain dapat menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan
sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.
5.
Pemodelan (Modeling)
Komponen
CTL selanjutnya adalah permodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Model itu
bisa berupa contoh hasil kaya atau guru memberi contoh tentang cara bekerja
sesuatu sebelum siswa melaksanakan tugas. Dalam pendekatan CTL, guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
6.
Refleksi (Reflection).
Refleksi
juga bagian penting dalam pembelajran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah
cara berfikir tentang apa tang baru dipelajari atau berfikir ke belakang
tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada
akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan
refleksi. Realisasinya dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa yang
diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran siswa
mengenai pembelajaran hari itu, atau diskusi.
7.
Penilaian Sebenarnya (Authentic Assement)
Assessment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran ini perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data
yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam
belajar, maka guru segera dapat mengambil tindakan yang tepat agar siswa
terbebas dari kemacetan tersebut. Karena Assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkn harus dikumpulkan
dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan
(Performansi) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa
juga teman lain atau orang lain. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar
menilai prestasi siswa adalah :
a. Kegiatan dan laporannya
b. PR
c. Kuis
d. Karya siswa
e. Prestasi atau penampilan siswa
f. Demonstrasi
g. Jurnal
h. Hasil tes tulis
i.
Karya
tulis
J.
HIPOTESIS
1. Pembelajaran menulis Narasi sugestif pada
siswa kelas X di SMA Negeri I Cibingbin cukup baik
2. Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada kelas X di SMA Negeri I Cibingbin belum maksimal
3. Pembelajaran menulis Narasi Sugestif
melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelas X di SMA
Negeri I Cibingbin Cukup Baik
K.
POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi adalah jumlah keseluruhan objek
yang kita teliti atau wilayah geralisasi yang terdiri dari objek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya, dalam penelitian ini penulis mengambil
populasi seluruh kelas X di SMA Negeri I Cibingbin Kuningan
2. Sampel adalah objek atau bagian yang
dipilih daripopulasi dalam pengambilan sampel. Dalam penelitian ini penulis mengambi
sampel yaitu kelas X di SMA Negeri I Cibingbin Kuningan
L.
METODE PENELITIAN
1.
Karakteristik Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatakan kontekstual karena penulis beranggapan dengan,
pendakatan ini suasana belajar dapat lebih menyenangkan siswa sehingga mereka
tidak merasa jenuh. Selama ini siswa merasa pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia khususnya mengarang dirasakan sangat membosankan. CTL menawarkan
pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan tujuh komponen didalamnya yaitu;
konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan
(Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic
Assement), dan refleksi (Reflection).
2.
Rancangan Penelitian
Penelitian
mengenai pembelajaran menulis narasi sugestif dengan pendekatan kualitatif
untuk memperoleh data deskriptif yaitu berupa hasil tulisan siswa. Metode yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (yang selanjutnya disebut PTK). PTK
digunakan untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran, mengetahui
perkembangan kemampuan siswa pada setiap pembelajaran, dan merencanakan upaya
tindak lanjut untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. Ada lima tahapan
dalam PTK menurut Joni dkk (Depdikbud, 1992:26), yaitu (1) pengembangan fokus
masalah, (2) perencanaan tindakan kelas, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan,
observasi, dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, dan (5) perencanaan
tindak lanjut.
M.
TEKHNIK PENGOLAHAN DATA
Dengan
demikian untuk mengelola data agar data mempunyai arti dan implikasi, penulis
sajikan dalam bentuk kesimpulan dan generalisasi, akhirnya penulis menempuh
dengan cara sebagai berikut :
a. Pretest, hasil pretest penulis analisa
dengan cara meratakan hasil kelas. Hasil yang dicapai siswa dari pretest
kemudian kemudian penulis hubungkan pula dengan hasil obsevasi kelas, hasil
penelitian buku, wawancara, dan angket.
b. Postest, hasil postest penulis analisis
dengan cara merata-ratakan hasil kelas.
Setelah
hasil test tersebut diolah, lalu penulis bandingkan dengan kategori sebagai
berikut :
1. Dapat dikatakan berhasil apabila
perbedaan antara hasil pretest dan postest cukup mencolok, sekurang-kurangnya
60% tujuan tercapai
2. Tidak berhasil apabila hasil postest dan
pretest tidak mengalami perbedaan atau kurang dari 60%
N.
JADWAL PENELITIAN
Adapun rencana kerja
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel
Jadwal
Penelitian
No
|
Rencana Kerja
|
Bulan
|
|||||||||||
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Membuat Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Mengurus Surat Izin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Mencari Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Mengolah Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Menyusun Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar