Kamis, 14 Juni 2012

PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL PENELITIAN
A.    JUDUL
PEMBELAJARAN MENULIS NARASI SUGESTI PENDEKATAN GOLONGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI CIBINGBIN

B.     BIDANG ILMU
Kependidikan dan Kebahasaan
C.    LATARBELAKANG MASALAH
Untuk berhubungan dengan orang lain, seorang manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Kita dapat melihat karakter seseorang dari bahasa yang digunakannya. Kita dapat menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikiran, menuangkan ide, gagasan dan perasaan. Selain dalam bentuk lisan, kita dapat menggunakan pikiran, dan gagasan dalam bentuk tulisan.
Keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Diantara empat keterampilan berbahasa itu, kemampuan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses kompleks.
Keterampilan menulis diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dilingkungan pendidikan. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang harus mampu memberikan keterampilan menulis pada anak didiknya. Namun, pada kenyataannya pengajaran bahasa indonesia khususnya yang berhubungan dengan keterampilan penulis belum menampakkan hasil yang memuaskan.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, keterampilan menulis sangatlah diperlukan, sehingga tidakklah berlebihan bila kita mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Apabila dilihat dari segi pengajaran, kurang berhasilanya pengajaran keterampilan menulis di Sekolah disebabkan oleh mated ajar yang diberikan masih bersifat teoritis dan kurangnya kreativitas guru dalam memberikan mated yang berhubungan dengan keterampilan menulis. Keberhasilan pengajaran dipengaruhi oleh fakotor-faktor yang terdiri atas guru, siswa, metode pengajaran, dan materi atau bahan pelajaran. Dalam hal ini, guru harus memliki kreativitas yang dapat menunjang keberhasilan pengajaran sehingga siswa benar-benar memiliki kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pengajaran.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu faktor yang bisa meningkatkan pembelajaran menulis adalah penggunaan metode dan teknik. Salah satu teknik yang bisa digunakan dalah dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Leraning). Pembelajaran kontektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan (Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic Assement), dan refleksi (Reflection) (Depdiknas, 2002 : 6)
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis merumuskan judul Pembelajaran Menulis Narasi Sugestif Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas I Di SMA Negerei Cibingbin.

Batasan Masalah
      Karangan terdiri atas empat jenis yaitu, karangan narasi, karangan deskripsi, karangan argumentasi, dan karangan eksposisi. Untuk memfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, penulis membatasi masalah pada kemampuan siswa menulis narasi khususnya narasi sugestif.

D.    RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Seberapa besar kemampuan siswa menulis narasi sugestif sebelum diberi tindakan pembelajaran melalui pendekatan CTL?
2.      Seberapa besar peningkatan kemampuan siswa menulis narasi sugestif setelah diberi tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL?

E.     DEFINISI OPERASIONAL
1.      Karangan narasi adalah karangan berbentuk cerita yang antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain saling berkaitan, disusun menurut urutan kejadian atau urutan waktu dan bersumber dari daya khayal pengarang.
2.      Narasi sugestif adalah narasi yang berisi karya fiktif yang bertujuan memberi suatu makna kepada pembacanya.
3.      Pendekatan CTL adalah salah satu teknik pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan kehidupan nyata.

F.     TUJUAN PENELITIAN
1.      Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan narasi sugestif sebelum diberi tindakan pembelajaran melalui pendekatan CTL
2.      Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi sugestif setelah diberi tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.

G.    MANFAAT PENELITIAN
Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini. Selain bermanfaat untuk peneliti, penelitian ini juga bermanfaat untuk guru sebagai pengajar mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan siswa.
Bagi peneliti, penelitian ini bisa membantu dalam mengetahui perkembangan pengajaran bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya pengajaran menulis. Selain itu, penulis sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia dituntut untuk mengetahui materi dibidang tersebut. Oleh karena itu, sebelum terjun kedunia pendidikan yang sebenarnya, penulis harus dapat mengenal permasalahan yan terjadi dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini dapat menambah wawasan siswa dalam dunia pendidikan dilapangan dan gambaran nyata kemampuan siswa dalam menulis narasi.
Manfaat bagi siswa ialah mendapatkan bahan pengajaran yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, karena narasi sugestif erat berhubungan dengan mereka. Hampir semua siswa menggemari narasi sugestif. Mereka sering membaca narasi sugestif dalam bentuk cerpen baik dari majalah maupun dari buku kumpulan cerpen. Selain itu, siswa merasakan pengalaman menulis narasi sugestif dengan baik.
Bagi guru sebagai pengajar mata pelajarn bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini bisa memberikan masukan dan upaya-upaya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangn narasi sugestif.

H.    ANGGARAN DASAR
1.      Pembelajaran menulis Narasi Sugestif pada siswa kelas X di SMA Negeri I Cibingbin sudah sering dilakukan.
2.      Pendekatan Contextual Teaching dan Learning (CTL) pada siswa kelas X SMA Negeri I Cibingbin jarang dipakai
3.      Menggunakan modal-modal pembelajaran sangat penting untuk keberhasilan proses belajar mengajar
4.      Penulis sudah mengetahui ilmu tentang Narasi Sugestif pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
5.      Penulis mampu menulis penelitian ini.
Penulis memiliki waktu dan dana yang cukup untuk menyusun penelitian ini.
I.       KERANGKA TEORI
MENULIS NARASI SUGESTIF DAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
      Pada hakikatnya orang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Kemampun ini kita dapat melalui transmisi budaya (Moulton dalam Darmadi 1996 : 1), yaitu sesuatu yang kita dapatkan melalui suatu proses belajar dan bukan sebagai warisan. Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga kemampuan berbahasa karena didalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa sebagai media utamanya. Ada empat kemampuan berbahsa yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Keempat kemampuan itu merupakan satu kesatuan dalam rangka mendukung kemampuan komunikasi yang baik. Oleh karena itu, meningkatkan penguasaan berbagai kemampuan itu secara terus menerus akan sangat mendukung penguasaan komunikasi yang semakin baik.
      Kemampuan menyimak adalah yang relatif paling mudah dan disusul dengan kamampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara. Setingkat lebih sukar lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah kemampuan menulis.
a.      Pengertian Menulis
Secara sederhana menulis dapat diartikan dengan mencoret-coret atau menggores alat tulis pada selembar kertas, papan tulis dan alat sejenisnya. Dalam arti yang lebih luas Syamsuddin A.R mengatakan bahwa :
Dalam arti sesuangguhnya, menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung diantara mereka. Hal ini terkadi karena dalam kenyataan hidup bermasyarakat, kontak komunikasi itu tidak selalu dapat dilakukan dengan tatap muka. Kegiatan menulis baru dapat tertulis, setelah manusia belajar dahulu mengenai bahasa tertulis karena keterampilan ini berbeda dengan keterampilan menyimak dan berbicara yang dimiliki manusia normal sejak lahir.” (1994 :1)
M.E Suhendar (1992) memberikan pengertian bahwa menulis merupakan suatu proses perubahan bentuk pikiran/angan-angan/perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang/tanda/tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan sesuatu (karangan) sebagai ungkapan pikiran, perasaan, dan kemampuannya dalam bahasa tertulis (Sapani, 1990 :2)
Dari pengertian-pengertian menulis yang telah dikemukakan, dapat dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak langsung untuk menuangkan pikiran, perasaan, dan kemampuannya dalam bahasa tertulis.

b.      Menulis Sebagai Aspek Keterampilan Berbahasa
Menulis sebagai aspek keterampilan berbahasa memiliki hubungan antara keempat keterampilan bahasa tersebut menurut Anderson sebagai berikut :
Menyimak dan membaca erat hubungannya dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungannya dalam hal bahwa keduanya merupakan cara mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya keempat keterampilan itu sering sekali8 berhubungan satu sama lain. Seorang mahasiswa mencatat waktu ia menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan responsi pendengaran terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hampir-hampir merupakan proses yang sama.” (H.G Tarigan, 190 dalam Syamsudin 1992 :40)



c.       Manfaat Menulis
Meskipun menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai, tidak ada alasan bagi siswa untuk tidak belajar menulis. Beberapa alasan penting mengapa kita harus belajar menulis menurut Hairston (Dalam Darmadi, 1996:3), yaitu sebagai berikut :
1.      Kegiatan menulis adalah satu sarana untuk menemukan sesuatu. Dalam hal ini dengan menulis kita dapat merangsang pemikiran kita dan kalau dilakukan dengan intensif maka akan dapat membuka penyumbat otak kita dalam rangka mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.
2.      Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru
3.      Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep dan ide yang kita miliki. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang
4.      Kegiatan menulis dapat membantu dirikita untuk menyerap dan memproses informasi
5.      Kegiatan menulis akn memungkinkan kita untuk berlatih memecahkan beberap masalah sekaligus
6.      Kegiatn menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi saja.
Akhadiah (1992:1-2) mengemukakan beberapa manfaat kegiatan menulis sebagai berikut :
a.       Kegiatan menulis dapat lebih mengenali kemampun dan potensi diri dan mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik
b.      Kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan
c.       Kegiatan menulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis
d.      Kegiatan menulis dapat mengomunikasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat
e.       Kegiatan menulis dapat menilai diri kita secara objektif
f.       Kegiatan menulis dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang konkret
g.      Kegiatan menulis mendorong kita belajar lebih aktif, kita menjadi penemu, serta pemecah masalah
h.      Kegiatan penulis yang terencana akan membiasakan kita berfikir serta berbahasa secara tertib
Beberpa manfaat diatas menjelaskan bahwa dengan berlatih menulis terus menerusakan dapat menjadikan kita sebagai penulis yang lancar. Seiring dengan bertambahnya tingkat kelancaran kita dalam menulis, maka akan bertambah pula tingkat kepercayaan diri kita. Disamping itu semua, jelas kegiatan menulis dapat menjadi pengalaman yang produktif berharga.

d.      Menulis Narasi
Pengertian Narasi
Narasi menurut Suhendar (1992:102) merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami peristiwa itu. Hanafiah (1981:66) berpendapat bahwa karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungya peristiwa-pristiwa tertentu yang biasanya di susun menurut urutan waktu (secara kronologis). Sedangkan Gorys Keraf (1983: 136) mendenifisikan narasi sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah bentuk karangan yang isinya menceritakan peristiwa dalam urutan waktu tertentu yang mana peristiwa-peristiwa itu berkaitan satu sama lainya.


e.       Bentuk Karangan Narasi
Bila ditinjau dari segi bentuk, Gorys Keraf (1985:136) membagi narasi dalam dua bentuk yang meliputi narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang telah dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca setelah membaca kisah tersebut. Narasi sugestif berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam satu kesatuan waktu. Tujuan atau sasaran utamanya adalah memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu, karena sasaran utamanya adalah makna peristiwa, maka menurut Gorys Keraf (1981:138) narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi)
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang merangsang daya khayal. Pembaca menarik makna baru diluar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai objek dan subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna baru adalah makna yang tersirat (Keraf, 1981:138)
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapatlah penulis simpulkan bahwa narasi tidak memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi mengisahkan suatu cerita atau kisah. Dalam penyajiannya, seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di depan matanya, sehingga dapat menimbulkan simpati atau antipati mereka terhadap kajadian itu sendiri.
Sesuai dengan perbedaan antara narasi sugestif dan narasi ekspositoris, maka narasi dapat dibedakan atas bentuk narasi yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk narasi yang terkenal yang biasa dibicarakan dalam hubungan dengan kesusastraan adalah roman, novel, cerpen, dongeng, sejarah, biografi, dan autobiografi. Dibawah ini adalah karangan narasi sugestif.

Misteri Rumah Tua
Menurut orang, rumah tua yang ada didepan rumahku itu ada penghuninya, yaitu seorang nenek tua yang barabad usianya.
Suatu malam, aku melihat jendela kamarku sambil mengerjakan tugas-tugas untuk dikumpulkan besok. Saat aku mengerjakan PR matematika, ada seseorang yang memanggil namaku tiga kali.
Sis.....Sisca......Sisca, turun kebawah, Nak” padahal semua orang yang ada dirumah ini sudah tidur semua. Dengan rasa takut, aku memaksakan mataku untuk dipejamkan.
Tiba-tiba aku berada dirumah yang sangat indah. Didalamnya seperti istana. Seorang wanita cantik datang menyapaku.
“Hai, Sis....bagaimana kabarmu?” Dengan terheran-heran aku bertanya-tanya dalam hati, dari mana wanita itu tahu namaku? Lalu aku bertanya, “Apa maksud anda?”
“Ah, Lupakanlah. Kamu pasti tidak akan tahu” Katanya.
Seorang laki-laki tampan mengajakku pergi keruang makan. Wah, mejanya panjang sekali. Meja tersebut penuh dengan makanan lezat. Laki-laki itu mempersilahkan untuk makan bersama-sama. Laki-laki itu pasti seorang pangeran. Hal ini terlihat dari tutur bicara dan gerak-geriknya yang berwibawa.
Saat aku mulai menyantap, tiba-tiba semua benda yang ada di depan mataku hilang, lenyap entah kemana. Istana itu berubah menjadi rumah tua yang penuh kelelawar. Makanan di piringku berubah.
Menjadi ulat berbulu dan cacing. Aku terperanjat dan lari ke luar. Kenapa kakiku tidak bisa bergerak? Aku berusaha lari walau kakiku terasa berat. Tapi kakiku tetap saja tak mau bergerak. Aku berteriak ketakutan.

“Mama! Mama ! Tolong aku !”
Seorang wanita tua datang padaku dan berkata, “Kamu tak kan pernah keluar dari sini”.
Tidak ! tidak mungkin ! aku terus menerus berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang mau menolongku. Wanita tua itu menyeretku ke dalam sebuah lorong kecil yang panjang. Aku menjumpai banyak makhluk yang mengerikan. Aku merasa takut sekali. Wanita itu menjatuhkanku ke dalam jurang.
Aku berusaha membukia mtaku. Aku mlihat sekelilingku. Aku merasa mengenali tempat ini. Ya, tentu saja. Ini kamarku. Ternyata semua kejadian mengerikan yang baru saja ku alami itu adalah sebuah mimpi belaka. Aku melihat jam dinding. Sudah pukul 06.00 pagi. Aku lari menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi sekolah. (Dian Nurlatifah, 2003:202-203)
Perbedaan Narasi Sugestif dengan Narasi Ekspositoris
Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas, maka dibawah ini akan dikemukakan lagi secara singkat perbedaan antara kedua macam narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting menurut.
Gorys Keraf (1981:138-139) adalah :
No
Narasi Ekspositoris
Narasi Sugestif
1.
Memperluas Pengetahuan
Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat
2.
Menyampaikan suatu informasi mengenai suatu kejadian
Menimbulkan daya khayal
3.
Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggat
4.
Bahasanya lebih condong ke bahasa informative dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif
Bahasanya lebih condong ke bahasa figurative dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif
Narasi sebagai suatu bentuk wacana dapat menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat pula menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat di jumpai unsur-unsur argumentasi, eksposisi, dan deskripsi.

Anjuran, larangan, dan sebagaianya berkenaan gagasan yang mendasari cerita itu.”(1981:91)
Selanjutnya, esten (1981:91) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah pesan atau jalan keluar yang diberikan pengarang terhadap pokok persoalan atau tema yang ada di dalam sebuah cerita
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yang bisa ditemukan dalam tindakan atau pesan yang ditulis pada akhir cerita.

f.       Pendekatan Kontekstual
Pendekatan contextual merupakan salah satu topik yang banyak dibicarakan orang dalam dunia pendidikan saat ini. CTL membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan yang diharapkan dapat membantu mereka untuk mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dikelas dengan situasi kehidupan nyata. Dengan deminikian, mereka akan menyadari dan memahami bahwa pelajaran yang diperoleh disekolah bermakna bagi mereka kelak.
Dunia pendidikan saat ini memiliki kecenderungan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang menuntut penguasaan materi hanya mampu ‘mengingat’ jangka pendek dan tidak mampu dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus di hafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal tetapi mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

g.      Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara mated yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan (Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic Assement), dan refleksi (Reflection). Melalui pendekatan ini pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahun dari guru ke siswa.

h.      Lima Elemen Belajar Dalam Pendekatan Kontekstual
Menurut Zahorik (dalam Depdiknas, 2002:7) ada elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
1.      Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2.      Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya
3.      Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) malakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
4.      Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut

i.        Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan (Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic Assement), dan refleksi (Reflection). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk melaksanakan hal itu tidak sulit. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apasaja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkhnya adalah sebagai berikut.
1.      Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.      Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya
4.      Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok)
5.      Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran
6.      Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7.      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Depdiknas,2002:10)


j.        Tujuh Komponen CTL
1.      Kontruktivime (Constructivism)
konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong (Depdiknas, 2002:10). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa harus mengonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri, sehingga pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan.
Landasan berfikir kontruktivisme agak berbeda dengan kaum objektivis, yang lebih menekannkan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi ‘memperoleh’ lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
a.       Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
b.      Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri dan
c.       Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar (Depdiknas, 2002:11)
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu di uji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget (Dalam Depdiknas,2002:11), manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak dalam otak manusia tersebut
2.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Inquiri dapat diterapkan pada semua bidang studi. Kata kunci dari strategi inquiri adalah siswa ‘menemukan’ sendiri

3.      Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’ questioning (Bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis ctl. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebgai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam sebuah kegiatan produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a.       Menggali informasi
b.      Mengecek pemahaman siswa
c.       Membangkitkan respon kepada siswa
d.      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e.       Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f.       Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan
g.      Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002:14)
Hampir pada semua aktivitas belajar, queating dapat diterapkan antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain lain yang didatangkan kekelas, dsb. Kegiatan tersebut akan menumbuhkan dorongan untuk ‘bertanya’

4.      Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Konsep learning comunity menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar dari sharring antara teman, antar kelompok, antar yang satu dengan yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan saling belajar ini dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain dapat menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.

5.      Pemodelan (Modeling)
Komponen CTL selanjutnya adalah permodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Model itu bisa berupa contoh hasil kaya atau guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa melaksanakan tugas. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

6.      Refleksi (Reflection).
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa tang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, atau diskusi.

7.      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assement)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran ini perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera dapat mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan tersebut. Karena Assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkn harus dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (Performansi) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah :

a.       Kegiatan dan laporannya
b.      PR
c.       Kuis
d.      Karya siswa
e.       Prestasi atau penampilan siswa
f.       Demonstrasi
g.      Jurnal
h.      Hasil tes tulis
i.        Karya tulis

J.      HIPOTESIS
1.      Pembelajaran menulis Narasi sugestif pada siswa kelas X di SMA Negeri I Cibingbin cukup baik
2.      Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelas X di SMA Negeri I Cibingbin belum maksimal
3.      Pembelajaran menulis Narasi Sugestif melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelas X di SMA Negeri I Cibingbin Cukup Baik

K.    POPULASI DAN SAMPEL
1.      Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang kita teliti atau wilayah geralisasi yang terdiri dari objek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya, dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh kelas X di SMA Negeri I Cibingbin Kuningan
2.      Sampel adalah objek atau bagian yang dipilih daripopulasi dalam pengambilan sampel. Dalam penelitian ini penulis mengambi sampel yaitu kelas X di SMA Negeri I Cibingbin Kuningan


L.     METODE PENELITIAN
1.      Karakteristik Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatakan kontekstual karena penulis beranggapan dengan, pendakatan ini suasana belajar dapat lebih menyenangkan siswa sehingga mereka tidak merasa jenuh. Selama ini siswa merasa pelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya mengarang dirasakan sangat membosankan. CTL menawarkan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan tujuh komponen didalamnya yaitu; konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan (Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic Assement), dan refleksi (Reflection).
2.      Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai pembelajaran menulis narasi sugestif dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data deskriptif yaitu berupa hasil tulisan siswa. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (yang selanjutnya disebut PTK). PTK digunakan untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran, mengetahui perkembangan kemampuan siswa pada setiap pembelajaran, dan merencanakan upaya tindak lanjut untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. Ada lima tahapan dalam PTK menurut Joni dkk (Depdikbud, 1992:26), yaitu (1) pengembangan fokus masalah, (2) perencanaan tindakan kelas, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, dan (5) perencanaan tindak lanjut.

M.   TEKHNIK PENGOLAHAN DATA
Dengan demikian untuk mengelola data agar data mempunyai arti dan implikasi, penulis sajikan dalam bentuk kesimpulan dan generalisasi, akhirnya penulis menempuh dengan cara sebagai berikut :
a.       Pretest, hasil pretest penulis analisa dengan cara meratakan hasil kelas. Hasil yang dicapai siswa dari pretest kemudian kemudian penulis hubungkan pula dengan hasil obsevasi kelas, hasil penelitian buku, wawancara, dan angket.
b.      Postest, hasil postest penulis analisis dengan cara merata-ratakan hasil kelas.
Setelah hasil test tersebut diolah, lalu penulis bandingkan dengan kategori sebagai berikut :
1.      Dapat dikatakan berhasil apabila perbedaan antara hasil pretest dan postest cukup mencolok, sekurang-kurangnya 60% tujuan tercapai
2.      Tidak berhasil apabila hasil postest dan pretest tidak mengalami perbedaan atau kurang dari 60%

N.    JADWAL PENELITIAN
Adapun rencana kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel
Jadwal Penelitian
No
Rencana Kerja
Bulan
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.       
Membuat Proposal












2.       
Mengurus Surat Izin












3.       
Observasi












4.       
Mencari Data












5.       
Mengolah Data












6.       
Analisis Data












7.       
Menyusun Laporan













Tidak ada komentar:

Posting Komentar