BAB
I
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Masalah
Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel
otak memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik
secara sadar maupun tak sadar Kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk
komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit
secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya
manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak
tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna,
melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang
bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan
sebagian itu.
Manusia cenderung untuk menyempurnakan
sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri
detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang suatu peristiwa
yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa.
Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat berceritera, maka makin
banyak perubahannya.
Maka dari itu penulis mengangkat judul “Memori
dan Lupa” agar kita semua mengetahui
segala hal yang berkaitan dengan lupa yang semoga dapat bermanfaat untuk para
pembacanya.
B.
Batasan Masalah
Adapun batasan
Masalah dalam karya tulis ini adalah:
1.
Apakah Memori itu?
2.
Apa saja teori-teori
mengenai Memori belajar?
3.
Apa saja ragam dalam Memori
belajar?
4.
Faktor-faktor penyebab Memori
belajar?
5.
Bagaimanakah definisi lupa ?
6.
Apakah faktor yang
menyebabkan lupa?
7.
Bagaimanakah kiat-kiat
megurangi lupa?
C.
Tujuan Yang Ingin Dicapai
Adapun Tujuan
penulis dalam penulisan karya tulis ini adalah
1.
Sebagai salah satu tugas Persentasi Kelompok Mata Pelajaran Psikologi Pendidikan
semester I Prodi PGMI
2.
Untuk mengetahui pengertian
Memori dan Lupa
3.
Mengetahui Faktor-faktor
yang menyebabkan Memory dan Lupa
D.
Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan
atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis
baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya
masalah-masalah yang di bahas di dalam Karya tulis ini.
BAB
II
MEMORY
DAN LUPA
A.
Memori
1.
Konsep
Memori
Memori
merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari
lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses
biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga
memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia
dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa
lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi
elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan
disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian
otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan
dengan bertambahnya informasi yang disimpan.
Memori
atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali
informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan
dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat
dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :
a)
Ingatan
Jangka Pendek (Short Term Memori/STM) ialah temppat menyimpan
informasi yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang labih pendek
Ada 2 cara untuk meningkatkan
STM, yaitu:
·
Rehearsal : adalah
pengulangan informasi secara sadar sebagai usaha untuk mempertahankan informasi
dalam STM.
·
Encoding : adalah proses
dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding dapat
dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf
sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger
chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks).
Retrieval adalah suatu
proses untuk menemukan memori yang disimpan dan membuatnya menjadi dapat
digunakan.
Ada 2 jenis retrieval, yaitu:
·
Recognition : adalah
mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya.
·
Recall : adalah mengeluarkan
bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues.
Selective
attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada banyak
stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan
karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.
b)
Ingatan
Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM) ialah gudang
tempat menyimpan informasi untuk masa yang cukup lama.
2.
Proses
Memori
Proses
memori atau mengingat terjadi dalam tiga tahapan :
a) Tahapan
perolehan Informasi
b) Tahapan
Penyimpanan Jangka Pendek atau ingatan jangka panjang
c) Tahapan
mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan
3.
Teori-Teori
Memori
Teori yang
paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses
memori, seperti berikut :
a. Enconding adalah proses dimana informasi sensoris
diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Enconding dapat dilakukan
dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata
(small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian
frase sebagai kalimat (even larger chunks). Proses pengubahan informasi dapat
terjadi dengan dua cara, yaitu :
1) Tidak Sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh
indera dimasukkan
dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya.Contohnya adalah seorang
anak yang menginginkan barang yang sangat ia mau, apabila tidak
dibelikan, ia akan menangis sekeras kerasnya. Kelakuan tersebut bisa
tersimpan di otak mereka karena dengan menagis sekeras-kerasnya ia akan
dibelikan barang yang ia mau.
2) Sengaja, yaitu bila
individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahun
ke dalam ingatannya. Contohnya adalah seseorang yang sering jalan
kesuatu tempat, ia akan hafal dengan sengaja tempat tersebut.
b.
Storage adalah
penyimpanan apa yang telah diproses dalam enconding tersebut. Proses ini
disebut juga dengan retensi yaitu proses
mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Sistem
penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori jangka
pendek, atau memori jangka panjang). Setiap proses belajar akan meninggalkan
jejak-jejak dalam diri seseorang dan jejak ini akan disimpan sementara dalam
ingatannya. Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal
penting yang dapat dicata, yaitu interval atau jarak waktu antara memasukkan
dan menimbulkan kembali.
Interval dapat dibedakan atas :
a.
Lama Interval yaitu
menunjukan tentang lamanya waktu antara pemasukan bahan sampai ditimbulkan
kembali bahan itu. Lamanya berkaitan dengan kekuatan retensi.
b.
Isi Interval yaitu
aktivitas-aktivitas yang terdapat pada interval. Aktivetas tersebut akan
merusak atau menganggu jejak ingatan sehingga dapat menyebabkan kelupaan.
c. Retrieval adalah pemulihan kembali apa yang telah disimpan sebelumnya. Proses
mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan
dalam memori untuk digunakan kembali. Hilgrad (1975) menyebutkan tiga jenis
proses mengingat, yaitu :
a. Recall yaitu mengeluarkan bagian spesifik dari
informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues. Selective
attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada
banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan
karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.
b. Recognition yaitu mengenali bahwa stimulus tertentu
telah disajikan sebelumnya. Contohnya Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut
untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah
diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara
pilihan yang ada.
c. Redintegrative yaitu proses meningat dengan
menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu cerita yang cukup lengkap.
Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Susilo Bambang
Yudhoyono (presiden RI), maka akan teringat banyak hal tentang tokoh tersebut.
Perbedaan
antara recall dan recognition menunjukan adanya fungsi petunjuk mengingat dalam
recognition. Petunjuk ini membantu organisme mengenali informasi yang akan
diingat khususnya memori jangka panjang.
Pendekatan
Information-Processing menyatakan bahwa memori dapat dipahami melalui tiga
proses, yaitu enconding, storage, dan interval. Tapi dalam proses tersebut
terlibat tiga sistem memori yang berbeda, yaitu memori sensorik, memori jangka
pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory).
4.
Faktor
yang mempengaruhi Memori
Proses
mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu :
a) Faktor
Individu
Proses mengingat akan lebih efektif
apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode
tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran memiliki kondisi Fisik dan kesehatan
yang baik.
b) Faktor
Sesuatu yang Harus di Ingat adalah sesuatu yang memiliki organisasi dan
struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai keterkaitan dengan individu,
mempunyai intensitas rangsangan yang cukup kuat.
c) Faktor
Lingkungan proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang
menunjang dan terhindar dari adanya gangguan-gangguan.
5.
Meningkatkan
Kemampuan Memori
Secara umum
usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan
sebagai berikut:
a.
Proses memori
bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa
pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme
dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar
dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah
diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya
saat ini.
b. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan
dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting.
Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang
dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya.
Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan
lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah
recognition.
c. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu
pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani:
mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi
sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga
informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali
B.
Lupa
1.
Pengertian
Lupa
Lupa merupakan
istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap
waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan
dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat
terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja,
orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri
Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat
dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi,
karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu
dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan,
dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006:
47)
Lupa ialah
peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan
kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai
suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan
kembali untuk digunakan.
(Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah
(1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa
sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali
apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan
Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa
bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Lupa merupakan kegagalan untuk
mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang disebabkan oleh
lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut
dibutuhkan.
2.
Proses
Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita
tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau
dilupakan.
Dewasa ini ada
empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan,
melainkan saling mengisi.
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu
diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena
proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak
sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan,
materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja,
melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang
lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak
diingat lagi.
2) Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu
hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini
dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok,
sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita
ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita
hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi
di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
d.
Kalau
mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak
dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya
kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif.
Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam
ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu
dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
e. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut
represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan
sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita
lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak
kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim,
represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan
istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat
itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang
sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad
Fauzi, 1997: 52-54)
3.
Faktor-Faktor
Penyebab Lupa
a. Lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence
theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua Macam (Reber, 1988;
Best, 1989; Anderson, 1990), yaitu:
1) Proactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi
pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu
masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi
yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali.
2) Retroactive interference
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan
retroaktif
apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran
lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa
tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan
kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
b. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya
tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini
terjadi karena adanya kemungkinan :
1) Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan,
kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia
dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
2) Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan
item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3) Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat
kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak
pernah digunakan.
Itulah pendapat
yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber,
1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam
bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak
psikologi analisis yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun
lawannya itu.
c.
Lupa dapat
terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang
ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama
hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
d.
Lupa dapat
terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar
dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka
materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
e. Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang
diperlakukan demikian dengan sendirinya
akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi
pelajaran baru.
f. Lupa Tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat
syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi
yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun
penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan
para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif,
karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu
saja semua orang maklum.
Kecuali
gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan
bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap
rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak
hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah
untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan
karena tenggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan
saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa
tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi
pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya?
Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih
terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di
panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”,
setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching
berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah
dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi
yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)
4.
Lupa Versus
Hilang
Kerapkali
pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa yang
dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan
refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala
sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik
pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa
seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari
ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali
tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989: 291) sejumlah kesan yang telah
didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi
kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali
kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan
terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena kemauan yang
keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan konsentrasi. Oleh karena itu,
tepat apa yang pernah dikemukakan oleh Gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. (Muhibbin Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan berarti
hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam
bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam
alam bawah sadar.
Gangguan-gangguan
yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun
jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi
yang baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi
retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang
lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan
“inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)
5.
Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat
berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan
berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Baik
lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti
tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak
lupa.
Kadang-kadang
kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah
kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita
ingat itu, entah itu nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian
tertentu, tanggal lahir seorang pahlawan nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat”
ini disebut”gejala ujung lidah”.
Pengorganisasian
struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa
ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi
samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal
yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar
dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat
adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk
gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa,
Cuma kurang pasti. (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)
6.
Teori-Teori
Mengenai Lupa
Lupa merupakan
suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan
kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory,
Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena
sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka
panjang.
a. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus
aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).
Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan
meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang
bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang
menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
b. Teori
interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan
dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami
keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu
proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru
diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita
sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah
interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu
informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat
informasi yang baru saja disimpan.
c. Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada,
tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi.
Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang
memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk
yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat
kembali.
d. Teori motivated
forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal
yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini
cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini
didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari
penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang
telah disimpan masih selalu ada.
e. Lupa karena
sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi
akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut
engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia.
Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam
beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia
retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia
dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus
ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi
fokus perhatian bagi para pendidik.
7.
Kiat
Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik
untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa.
Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya,
antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1) Overlearning
Overlearning (belajar) lebih artinya
upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pembelajaran
tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi
tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut
dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk
overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan
sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2) Extra
Study Time (Tambahan waktu belajar)
Ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan
frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu.
Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari
kelupaan.
3) Mnemonic
Device (Muslihat Memory)
Mnemonic
Device Muslihat memori atau mnemonic device yang lebih sering disebut mnemonic
saja berarti kiat-kiat khusus yang biasa dijadikan “alat pengait” mental untuk
memasukkan item-item informasi kedalam memori siswa. Ragam mnemonic ini banyak
ragamnya tetapi yang paling menonjol adalah sebagai berikut.
a) Rima ( Rhyme ), yaitu sajak yang
dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus
diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not
sehingga dapat dinyanyikan. Contohnya seperti nyanyian anak-anak TK yang berisi
pesan-pesan moral.
b) Singkatan, yakni terdiri dari huruf-huruf awal
nama atau istilah yang harus diingat siswa. Contoh jika seorang siswa hendak
mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, mereka dapat
menyingkatnya menjadi ANIM. Pembuatan singkatan seyogyanya dilakukan sedemikian
rupa sehingga dapat menarik dan memberi kesan tersendiri.
c) Sistem kata pasak ( peg word
system), yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang
sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memeori baru. Kata
komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-api.
Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang
sama seperti darah, lipstik, pasangan langit dan bumi; neraka dan kata atau
istilah lain yang memiliki kesamaan watak (warna, rasa, dan seterusnya).
d) Model Losai ( Method of Loci ),
yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai
sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata
“Loci” sendiri adalah jamak dari kata “lokus” yang artinya tempat. Dalam hal
ini nama-nama kota, jalan, dan gedung yang terkenal dapat dipakai untuk
menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan, dalam arti memiliki kemiripan
ciri dan keadaan. Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama
presiden pertama negara itu (George Washington).
e) Sistem Kata Kunci ( Key Word System
), kiat yang satu ini masih tergolong baru dibandingkan kiat-kiat yang lainnya.
Kiat ini dikembangkan oleh Raugh dan Atkinsen. Sistem ini biasanya direkayasa
secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing, Inggris misalnya.
Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
Ø kata-kata asing,
Ø kata-kata kunci, yakni kata-kata
bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara atau lafal yang
mirip dengan kata yang dipelajari,
Ø arti kata asing yang dipelajari.
Contoh: Kata Inggris Kata Kunci Arti Astute Butterfly Challenge Domination Eyesight
Fussy Astuti Baterai Celeng Domino Aisyah Fauzy Cerdik, lihai Kupu-kupu
Tantangan Penguasaan Penglihatan Cerewet
4) Pengelompokan Maksud kiat
pengelompokan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan
atau pengelompokan ini direkayasa sedemikian rupa dalam bentuk daftar-daftar
item seperti: a. Daftar I, terdiri atas nama-nama negara serumpun, seperti:
Indonesia, Malaysia, Brunai dan seterusnya; b. Daftar II, terdiri atas
singkatan-singkatan lembaga negara, seperti MPR, DPR, dan seterusnya: c. Daftar
III, terdiri dari singkatan-singkatan nama-nama badan internasional, seperti:
WHO, ILO, dan sebagainya
5) Latihan Terbagi Latihan terbagi atau
distributed practice adalah latihan terkumpul (massed pratice), yang sudah
dianggap tidak efektif lagi karena mendorong siswa membuat cramming, yakni
belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam
melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan
strategi belajar yang efisien.
6) Pengaruh Letak Bersambung Untuk
memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan
sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
Kata-kata yang harus diingat oleh siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan
menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari
kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian kata yang ditulis
pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan
melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
Selain
ke enam kiat-kiat diatas, Seorang guru dapat mengurangi lupa dengan berbagai
cara lain seperti berikut ini.
Pertama,
mencoba menimbulkan atau meningkatkan memotivasi belajar siswa dengan
menyadarkan mereka akan tujuan instruksional yang harus mereka capai. Hal ini
dapat dilakukan, misalnya dengan menjelaskan manfaat materi pelajaran dalam
kehidupan sehari-hari, dan masa depan mereka
Kedua,
mencoba selalu menjelaskan unsur-unsur pokok sebelum menunjukkan unsur-unsur
penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang disajikan. Dalam hal ini
seorang guru direkomendasikan untuk mendemonstrasikan dengan alat-alat peraga
yang tersedia atau memberi tanda-tanda khusus pada kata atau istilah pokok.
Ketiga,
mencoba untuk selalu menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan materi
yang telah diajarkan pada sesi yang lalu. Keempat, ketika seorang guru bertanya
kepada anak didiknya mengenai materi yang telah diajarkan, dengan
memperhatikan:
a) Seyogyanya pertanyaan itu
disampaikan dengan cara yang akrab dan tidak menegangkan, tetapi wibawa tetap dijaga.
b) Pertanyaan harus jelas dan tidak
mengandung banyak tafsiran
c) Pertanyaan hendaknya mengandung
suatu masalah agar siswa dapat memusatkan proses sistem akalnya untuk mencari
respon
d) Pertanyaan tidak hanya untuk
mendorong siswa menjawab “ya” atau “tidak” sebab hal ini akan menghambat
kreativitasnya.
e) Jika siswa tidak mampu menjawab,
Pendidik tidak perlu mendesaknya.
f) Segera tawarkan pertanyaan yang
tidak terjawab tersebut ke teman lain agar teman yang tidak bisa menjawab dapat
menggambil pelajaran dari teman lainnya.
g) Berilah pujian terhadap anak didik
ketika ia bisa menjawab pertanyaan tersebut.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Memori
1. Konsep Memori
Memori
atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali
informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan
dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat
dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :
a. Ingatan
Jangka Pendek (Short Term Memori/STM)
b. Ingatan
Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM)
2.
Proses
Memori
Proses
memori atau mengingat terjadi dalam tiga tahapan :
a) Tahapan
perolehan Informasi
b) Tahapan
Penyimpanan Jangka Pendek atau ingatan jangka panjang
c) Tahapan
mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan
3.
Teori-Teori
Memori
Teori yang
paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses
memori, seperti berikut :
a. Enconding
b.
Storage
4.
Faktor
yang mempengaruhi Memori
Proses
mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu :
d) Faktor
Individu
e) Faktor
Sesuatu yang Harus di Ingat
f) Faktor
Lingkungan
5.
Meningkatkan
Kemampuan Memori
Secara umum
usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan
sebagai berikut:
a. pengulangan/rekan
b. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan
dengan hal-hal lain
c. Proses memori memerlukan organisasi
Lupa
1.
Pengertian
Lupa
Lupa merupakan kegagalan untuk
mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang disebabkan oleh
lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut
dibutuhkan.
2.
Proses
Terjadinya Lupa
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu
diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena
proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak
sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan,
materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja,
melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis
c. Asimilasi
d. Jika mempelajari
hal yang baru
e. Represi
3.
Faktor-Faktor
Penyebab Lupa
a. Lupa terjadi karena gangguan konflik
b. Karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada
c. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi
lingkungan
d. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat
e. Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa
dapat terjadi karena materi tidak pernah
digunakan atau dihafalkan
f. Lupa Tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat
syaraf otak.
4.
Lupa Versus
Hilang
Hasil
penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk
bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap
menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain,
kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu
hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama
sekali tidak mempunyai efek apa-apa.
5.
Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat
berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan
berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Baik
lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti
tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak
lupa.
6.
Teori-Teori Mengenai Lupa
a. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus
aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).
b. Teori
interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan
dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami
keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu
proses mengingat informasi lainnya.
c. Teori retrieval
failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada,
tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi.
d. Teori motivated
forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal
yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini
cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran.
e. Lupa karena
sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi
akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut
engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia
7.
Kiat
Mengurangi Lupa dalam Belajar
a. Overlearning
Overlearning (belajar) lebih artinya
upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pembelajaran
tertentu.
b. Extra
Study Time (Tambahan waktu belajar)
Ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
c. Mnemonic
Device (Muslihat Memory)
Mnemonic
Device Muslihat memori atau mnemonic device yang lebih sering disebut mnemonic
saja berarti kiat-kiat khusus yang biasa dijadikan “alat pengait” mental untuk
memasukkan item-item informasi kedalam memori siswa.
d. Pengelompokan Maksud kiat
pengelompokan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan Terbagi Latihan terbagi atau
distributed practice adalah latihan terkumpul (massed pratice), yang sudah
dianggap tidak efektif lagi karena mendorong siswa membuat cramming, yakni
belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
f. Pengaruh Letak Bersambung Untuk
memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan
sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
B. Saran
Ø Tidak berarti bahwa
semua yang telah pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan
dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali atau dengan kata lain ada yang
dilupakan. Peristiwa kelupaan ini dapat terjadi karena kemampuan ingatan yang
terbatas, cepat lambat orang dalam memasukkan (mendispersi) apa yang ia
pelajari, ataupun karena problem psikologis yang ada pada dirinya. Sehingga
diperlukan teknik-teknik tertentu untuk mengatasi kelupaan yang terjadi pada
diri siswa.
Ø Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan
ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Memory dan Lupa
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud, M.
Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.
Yogyakarta: PBFE.
Purwanto, M.
Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum.
Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev. Cetakan keempaat belas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset
Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan
Kedua. Yogyakarta: Andi Offset dit or delete it and start blogging!
Hilary. Memory Otak.
http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007.
NN. Memori Jangka Pendek. www.groups.yahoo.com.
19 September 2008.
Riyanti, D.B.P., Prabowo, H,.
Puspitawati, I,. (1996) . Psikologi Umum 1: Seri Diktat Kuliah Editor:
Hendro Prabowo. Jakarta. Fakultas Psikologi Gunadarma
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rezeki dan kesehatan
kepada kami sehingga kami mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan
makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Adapun materi makalah yang kami buat adalah "Memori dan Lupa".
Kami
menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun yang tidak kami
sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini,
agar di masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar
makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami atas perhatian para pembaca
sekalian kami mengucapkan terima kasih.
Kuningan,
Agustus 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar......................................................................................................
i
Daftar Isi...............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................
1
B. Batasan
Masalah........................................................................................
2
C. Tujuan
yang Ingin dicapai.........................................................................
2
D. Metode
yang digunakan............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Memori......................................................................................................
3
1. Konsep
Memori...................................................................................
3
2. Proses
Memori.....................................................................................
4
3. Teori-Teori
Memori.............................................................................
4
4. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Memori.......................................
7
5. Meningkatkan
Kemampuan Memori...................................................
7
B.
Lupa..........................................................................................................
8
1. Pengertian
Lupa..................................................................................
8
2. Proses
Terjadinya Lupa.......................................................................
9
3. Faktor-Faktor
Penyebab Lupa............................................................. 10
4. Lupa
Versus Hilang............................................................................. 13
5. Lupa-Lupa
Ingat................................................................................. 14
6. Teori-Teori
Mengenai Lupa................................................................. 15
7. Kiat
Mengurangi Lupa Dalam Belajar................................................ 17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................... 22
B.
Saran.......................................................................................................... 26
Daftar Pustaka.......................................................................................................
iii